A. LATAR
BELAKANG
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu
cita – cita dari Negara Indonesia, dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang
nantinya akan membawa kemajuan untuk Negara ini diperlukan pendidikan.
Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
pendidikan tinggi merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran
strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa karena pendidikan tinggi memiliki
generasi muda yang dipercaya memiliki kekuatan sebagai agent of change bagi Negara ini. Perguruan tinggi merupakan salah
satu wadah dari terbentuknya generasi muda yang memiliki kekuatan akademik dan
moral sebagai agen perubahan, untuk menciptakan generasi muda yang memiliki
kekuatan akademik dan moral oleh karena itu perguruan tinggi harus mulai
membenahi pengelolahan yang terkait dengan wacana otonomi perguruan tinggi.
Perguruan tinggi kini dihadapkan pada perencanaan yang
baik agar bisa menjalankan otonominya secara mandiri dan juga mandiri dalam
bidang pendanaan. Dengan adanya wacana otonomi perguruan tinggi dalam pengelolaan
dan upaya meningkatkan budaya manajemen, maka perguruan tinggi harus
mengoptimalkan sumberdaya pendidikan yang baik dari sisi SDM yang meliputi
dosen, karyawan dan mahasiswa serta sarana dan prasarana yang menunjang. Pemberdayaan
stakeholder universitas akan sangat
membantu dalam terciptanya otonomi perguruan tinggi yang mandiri. Menurut
Kotler dan Fox (dalam Pereira dan da Silva, 2003), para stakeholder universitas terdiri dari : peserta didik/mahasiswa baik
yang actual maupun yang potensial, badan akreditasi, orang tua/wali, dosen,
peneliti, karyawan serta staf pimpinan, dewan penyantun, universitas sejenis,
pemasok, organisasi bisnis dan public, yayasan, alumni, masyarakat setempat dan
media masa.
Alumni memiliki peranan yang strategis untuk membantu
perguruan tinggi mencapai tujuannya. Peranan alumni dalam memajukan kualitas
suatu institusi pendidikan menjadi sangat diperhatikan, salah satunya terkait
dengan akreditasi perguruan tinggi yang melibatkan peran alumni dalam komponen
penilaian. Terkaitan
dengan peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan berbagai kegiatan yang produktif di perguruan tinggi, alumni dapat berperan dengan memberikan berbagai masukan kritis dan
membangun kepada almamater mereka. Alumni yang berprestasi dan memiliki kompetensi yang baik dapat memainkan fungsi penting dalam membangun opini publik untuk
menarik minat calon mahasiswa baru. Alumni diharapkan mampu mengembangkan jaringan dan membangun pencitraan insitusi
di luar dengan
kata lain alumni berperan sebagai alat promosi bagi almamater. Alumni dapat
menyediakan berbagai jenis dukungan; baik donasi keuangan, perekrutan, karir,
saran atau penempatan kerja bagi lulusan, partisipasi dalam kegiatan alumni,
dan bisa menjadi relawan pendukung untuk permohonan dana dan acara organisasi
(Rasdell, 1986 dalam Mael dan Ashforth, 1992). Dengan demikian alumni memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk kemandirian perguruan tinggi. Untuk
itu diperlukan pengelolaan yang baik terhadap alumni dengan selalu mencari
informasi apa yang menjadi penentu alumni untuk terlibat dalam almamaternya
menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan oleh perguruan tinggi. Namun,
masih sangat sedikit yang diketahui tentang factor – factor yang mempengaruhi
keterlibatan alumni pada almamaternya (Thompkins dalam Mael dan Ashforth,
1992).
Dengan demikian sebuah studi
alumni pada perguruan tinggi akan memberikan sarana yang sangat baik bagi
administrator perguruan tinggi sebagai panduan praktis untuk memahami factor –
factor yang membuat alumni bergerak untuk lebih terlibat dalam almamaternya. Salah
satu model teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat alumni
bergerak berpartispasi bagi almamaternya adalah model teori identifikasi sosial.
Pendekatan tentang identifikasi organisasi berawal dari teori identitas social.
Identifkasi organisasi telah lama diakui sebagai konstruk membangun yang
penting dalam bidang perilaku organisasi. Tajfel dan Turner (dalam Ashforth dan
Mael, 1989) menyatakan bahwa setiap orang cenderung menggolongkan dirinya
kedalam beberapa kelompok social seperti kelompok keagamaan, usia, jenis
kelamin yang sama maupun pada tempat bekerja. Ketika berhubungan dengan
kelompoknya atau tempatnya bekerja, organisasi itu akan mempengaruhi konsep
diri anggotanya. Pada tahap ini terbentuknya identifikasi anggota terhadap
organisasi. Dengan adanya identifikasi organisasi, bahwa ia memandang dirinya
merupakan bagian dari organisasi dan merasa sebagai satu kesatuan dengan
organisasi tersebut (Ashforth dan Mael, 1989). Pada perkembangan selanjutnya
definisi ini berkembang tidak hanya sebatas menyatu dengan organisasi saja
tetapi juga sebagai keadaan menerima kesuksesan dan kegagalan yang dialami
organisasi sebagai bagaian dari dirinya (Ashforth dan Mael, 1992).
Pada penelitian Mael dan Ashforth
(1992) yang mengambil sampel perguruan tinggi menyatakan bahwa identifikasi
organisasi dapat mempengaruhi tingkah laku yang mendukung pada almamater
seperti memberi kontribusi keuangan yang lebih besar pada almamater, mengajak
orang di luar perguruan tinggi untuk bergabung, dan berpartisipasi dalam
kegiatan yang diadakan perguruan tinggi. Meal dan Ashforth (1992) juga
melakukan penelitian tentang identifikasi organisasi dengan sampel perguruan
tinggi dengan variable anteseden yaitu faktor organisasional dan faktor
individual. Faktor individu yang berpengaruh adalah masa kerja, kepuasan
terhadap organisasi, sentimentalitas, dan keterlibatan alumni. Dua faktor
tersebut dapat mempengaruhi identifikasi organisasi pada akhirnya dapat
mendorong munculnya tingkah laku pada anggota untuk mendukung organisasinya
mencapai visi, misi, nilai, dan tujuannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
penelitian ini menarik untuk dikaji lebih dalam yang terfokuskan pada faktor individual,
yang akan dituangkan dalam bentuk rencana penelitian pada alumni perguruan tinggi khususnya alumni
Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Faktor – Faktor Individual Alumni Berpengaruh Pada Dukungan Alumni
Untuk Universitas Melalui Identifkasi Organisasi”.
B. PERUMUSAN
MASALAH
Terkait
dengan penjabaran di latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk
menyusun proposal yang bertema tentang faktor – faktor individu alumni yang
berpengaruh pada dukungan alumni untuk universitas melalui identifikasi organisasi
adalah sebagai berikut:
1.
Apakah faktor –
faktor individu alumni berpengaruh pada identifikasi alumni terhadap
universitas?
2.
Apakah
identifikasi alumni pada universitas berpengaruh pada keterikatan alumni?
3.
Apakah
identifikasi alumni pada universitas berpengaruh pada alumni untuk mendukung
universitas dalam bentuk promosi dan donasi?
4.
Apakah
keterikatan alumni berpengaruh pada dukungan untuk universitas baik dalam
bentuk promosi ataupun donasi dalam kegiatan universitas?
C. TUJUAN
PENELITIAN
Pelaksanaan setiap
kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Maka berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menguji dan menganalisis faktor – faktor individu
alumni berpengaruh pada identifikasi alumni terhadap universitas
2. Menguji dan menganalisis identifikasi alumni pada
universitas berpengaruh pada keterikatan alumni
3. Menguji dan menganalisis identifikasi alumni pada
universitas berpengaruh pada alumni untuk mendukung universitas dalam bentuk
promosi dan donasi
4. Menguji dan menganalisis keterikatan alumni
berpengaruh pada dukungan untuk universitas baik dalam bentuk promosi ataupun donasi
dalam kegiatan universitas.
D. MANFAAT
PENELITIAN
1.
Bagi Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, khususnya
yang terkait dengan ilmu manajemen sumberdaya manusia, dan juga dapat digunakan
sebagai referensi penelitian pada bidang yang sama.
2.
Bagi
Instansi/Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan
dapat mengetahui seberapa kuat identitas organisasional oleh para alumni serta
faktor-faktor yang mempengaruhi beserta dampaknya.
3.
Bagi Peneliti
Hasil yang disajikan dari penelitian ini diharapkan
mampu sebagai sarana untuk lebihmendalami teori – teori yang didapatkan
peneliti serta memberikan tambahan pengetahuan mengenai teori identitas
organisasional yang berdampak pada efektivitas organisasi.
4.
Penelitian
mendatang, penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pihak
yang ingin melakukan penelitian pada bidang yang sama.
E. TINJAUAN
PUSTAKA
1. Teori
Identifikasi Organisasi
Konsep teori identifikasi
organisasi merupakan turunan dari konsep identifikasi sosial yang merupakan
persepsi individu terhadap kuat atau lemahnya hubungan antara individu dengan
kelompok sosial dimana individu menjadi bagiannya, yang membentuk rasa memiliki
dan rasa senasib sepenanggungan (Drezner, 2009). Konsep identifikasi sosial
dianggap sebagai konsep sentral dalam ranah perilaku organisasi dan manajemen
sumber daya manusia (Gioia et al., dalam puusa, 2006). Konsep ini telah
diteliti oleh peneliti pada disiplin psikososial maupun sosiologis yang
kemudian diadopsi oleh peneliti perilaku organisasi untuk menjelaskan perilaku karyawan
di lingkungan kerjanya dan perilaku interpersonal dalam organisasi. Penelitian
pada kelompok organisasi profit motif maupun non profit motif kebanyakan menggunakan
perspektif teori identifikasi sosial (Tajfel dan Turner, Bhattacharya et al.,
1995; Arnett et al., 2003). Berdasarkan persepektif teori identifikasi sosial
dijelaskan bahwa dalam mengekspresikan dirinya, individu melakukannya dengan
menonjolkan identitas diri dan identitas kelompok sosial.
Temuan penelitian yang
menerapkan perspektif teori identitas sosial pada perilaku karyawan dalam
organisasi mengungkapkan bahwa perasaan berharga individu sebagian dibentuk
oleh keanggotaan dalam kelompok tertentu. Bila identitas individu dibentuk oleh
keanggotaan dalam kelompok akan menumbuhkan ikatan emosional yang menurunkan
perasaan senasib dan sepenanggungan antara individu dan organisasi, sehingga
mempengaruhi perilaku nyata yang bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu
individu dan organisasi, bahkan tidak jarang dibarengi dengan kerelaan berkorban
demi pencapaian tujuan organisasi, karena menganggap dirinya menjadi bagian
dari organisasi. Ketika level identifikasi individu pada organisasi tertentu
relative tinggi, maka individu tersebut cenderung mendefinisikan dirinya sesuai
dengan karakteristik organisasi dan membedakan dirinya dari karyawan organisasi
lain untuk membangun perasaan berharga (self
esteem). Teori
Identitas didasarkan pada gagasan bahwa persepsi
individu seseorang
terhadap kuat lemahnya hubungan antara individu dengan
kelompok social dimana individu menjadi bagiannya yang membentuk rasa saling
memiliki (Tolman,
1943). Dengan demikian,
identifikasi adalah rasa saling memiliki kelompok. Melalui identifikasi, orang
merasa diri mereka terhubung
dengan nasib kelompok, tujuannya, dan berbagi keberhasilan
dan kegagalannya (Tolman, 1943). Identifikasi memainkan
peran sentral dalam beberapa model
memberi
sosial termasuk identifikasi organisasi (Ashforth & Mael,
1992).
Model
identifikasi yang
ditampilkan di sini
secara konseptual mirip dengan yang
diusulkan oleh Mael dan Ashforth (1992).
Model identifikasi mencoba untuk menangkap unsur yang sama
yang mengarah ke meningkatnya
perilaku
sukarela. Model ini berpendapat bahwa identifikasi secara positif berkaitan dengan individu "memberi" kepada organisasi.
Dalam model pemberian dapat mencakup perilaku seperti hadiah sosial, promosi,
atau kinerja sukarela pelanggan (Bettencourt, 1997). Dalam perspektif
ini, identifikasi organisasi adalah bentuk spesifik dari identifikasi sosial
dimana individu mendefinisikan dirinya dalam hal keanggotaan
mereka dalam organisasi tertentu (Mael & Ashforth, 1992). Pada perkembangan selanjutnya definisi ini berkembang
tidak hanya sebatas menyatu dengan organisasi saja tetapi juga sebagai keadaan
menerima kesuksesan dan kegagalan yang dialami organisasi sebagai bagian dari
dirinya (Mael & Ashforth, 1992). identifikasi mengacu pada rasa hubungan antara individu dan
organisasi (Bhattacharya dan Sen 2003). Mael & Ashforth (1992)
menerapkan empat prinsip dalam identifikiasi kelompok, yaitu:
1.
Identifikasi
merupakan konsep perseptual - kognitif, tidak selalu berhubungan dengan
perilaku tertentu atau keadaan emosional.
2.
Identifikasi
kelompok berarti pribadi
mengalami pada tingkat keberhasilan kelompok atau kegagalan.
3.
Identifikasi
berbeda dari internalisasi. Identifikasi berarti mengacu diri dalam hal
kategori sosial, sementara internalisasi berarti menggabungkan sikap kelompok
atau nilai-nilai sebagai prinsip panduan perilaku sendiri. Menerima kategori
sosial sebagai definisi diri tidak berarti juga menerima nilai-nilai dan sikap
kelompok. Selain itu, identifikasi khusus untuk setiap organisasi,
internalisasi dan komitmen mungkin tidak, karena beberapa organisasi dapat
berbagi tujuan bersama dan nilai-nilai. Komitmen mungkin timbul karena
organisasi tertentu adalah proses
untuk tujuan karir seseorang.
4.
Identifikasi
kelompok ini mirip dengan identifikasi dengan individu, dalam arti bahwa
seseorang mendefinisikan diri kedalam hal tertentu dengan acuan sosial.
Model ini juga menyorot
dua kategori kritis anteseden identifikasi. Kategori pertama melibatkan faktor-faktor
dalam lingkungan eksternal yang
mengangkat status yang dirasakan
organisasi. Faktor-faktor seperti
prestise dan komunikasi organisasi
(Kuenzel & Halliday,
2008) telah terbukti
dapat meningkatkan identifikasi. Kategori
kedua pendahulunya merupakan pengalaman individu yang meningkatkan pengaruh positif terhadap organisasi. Faktor-faktor seperti partisipasi,
keterlibatan, menerima bantuan dari pelanggan
lain, pengalaman menyenangkan
atau produk yang luas serupa dalam arti bahwa mereka cenderung untuk meningkatkan positif mempengaruhi terkait
dengan organisasi. Ini pengaruh
positif mengemukakan untuk meningkatkan identifikasi individu
dengan organisasi.
2. Anteseden
dan konsekuen identifikasi alumni pada almamater
Beberapa peneliti melakukan
penelitian tentang anteseden dan konsekuen dari alumni identification. Mael
& Ashforth, (1992) mengatakan bahwa anteseden dari alumni identification
bisa dilihat dari sisi organisasi dan individu. Dari perspektif organisasi
anteseden yang mempengaruhi identifikasi organisasi adalah organizational distincveness (keunikan suatu organisasi), organizational prestige (kewibawaan
suatu organisasi), dan persaingan.
Anteseden yang berasal dari
individu adalah masa kerja, jangka waktu keanggotaan, number of comparable, keberadaan mentor, kepuasan dengan organisasi
dan sentimentalitas atau perasaan mudah terharu pada anggota Mael &
Ashforth, (1992). Sedangkan skarmeas et al (2010) mengatakan bahwa anteseden
dari identifikasi alumni adalah kepuasan, kewibawaan, sentimentality dan
ketergantungan kolektif. Baruch dan Sang (2002) menyebutkan bahwa keterlibatan
alumni akan berpengaruh pada identifikasi alumni pada almamater. Demikian juga
Newbold, Metha, Forbus, (2010) mengatakan bahwa keterlibatan berpengaruh pada
identifikasi alumni pada almamaternya. Dampak identifikasi alumni pada
almamater bisa diukur dari engagement atau keterikatan mereka terhadap
organisasi (Smith, 2012). Pada akhirnya keterikatan pada almamater akan
berpengaruh pada keinginan alumni untuk memberi dalam bentuk promosi atau
partisipasi Skarmeas et al (2010).
Dalam
identifikasi perguruan penelitian mengacu pada individu yang dirasakan rasa kesatuan dengan
universitas (Ashforth & Mael, 1989) dan melibatkan alumni mendefinisikan
diri mereka dalam universitas. Alumni dengan tingkat identifikasi universitas cenderung lebih peduli dengan
kesejahteraan universitas. Dengan demikian, tingkat yang lebih tinggi
identifikasi perguruan tinggi harus mengarah pada perilaku yang mendukung,
mempertahankan dan mempromosikan keberhasilan universitas. Antesenden
yang berasal dari factor individu:
a)
Kepuasan
Kepuasan
dengan pengalaman universitas dipandang sebagai faktor penting yang dapat
menyebabkan identifikasi alumni (Skarmeas et al. 2010).
Alasan untuk ini adalah bahwa pengaruh positif yang
berasal dari kepuasan sebagai
hasil dari
suatu peristiwa dan orang akan mengevaluasi kembali kuatnya identitas yang berbeda, kepuasan seseorang merasa menegaskan kembali identitas
dirinya (Welborne dan Cable 1995). Perasaan positif yang
menegaskan identitas penting untuk pengembangan dan pemeliharaan identitas
(Arnett et al. 2003). Kami menyarankan bahwa alumni yang puas dengan pengalaman
universitas mereka lebih mungkin untuk mengidentifikasi dengan universitas.
Kepuasan merupakan
faktor penting yang mengarah
ke identifikasi organisasi (Covin et al 1996;. Mael dan Ashforth 1992). Welborne dan Cable (1995) menemukan bahwa kepuasan gaji mempengaruhi
berlakunya perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan. Mereka menunjukkan
bahwa pengaruh positif yang berasal dari kepuasan dengan hasil event pada orang mengevaluasi
ulang kuatnya identitas yang berbeda.
Kepuasan orang
merasa bahwa perusahaan
merupakan identitas
dirinya, yang pada gilirannya meningkatkan arti-penting identitas. McCall dan Simmons (1978) memelihara, perasaan positif
yang menegaskan
identitas penting untuk
pengembangan dan pemeliharaan
identitas. Kami
menyarankan bahwa kepuasan
mempengaruhi perilaku mendukung secara
tidak langsung
dengan meningkatkan arti penting
dari identitas terkait. Artinya, alumni yang
puas dengan pengalaman
universitas mereka lebih
cenderung untuk menempatkan
identitas universitas lebih
tinggi dalam hirarki
mereka identitas. Drezer
(2009) mengatakan bahwa kepuasan dengan pengalaman selama menjalani
pembelajaran di universitas dipandang sebagai factor penting yang dapat
menyebabkan identifikasi alumni pada almamaternya. Alasannya adalah bahwa ada
pengalaman positif yang diturunkan dari kepuasan sebagai hasil dari suatu
peristiwa dimana orang akan mengevaluasi kembali arti penting dari berbagai
identitas.
b)
Sentimentalitas
Sentimentalitas mengacu
pada kecenderungan
untuk mempertahankan ikatan emosional
dan atau nyata dengan
masa lalu seseorang dan
untuk mendapatkan kesenangan dari pembahasan
atau mengenang
masa lalu seseorang (Mael dan Ashforth
1992). Ini
berbeda dari
nostalgia, didasarkan
pada kenyataan
bahwa sentimentalitas tidak
mengekspresikan
preferensi atau superioritas antara situasi
saat ini dan masa lalu
(Mael dan Ashforth 1992). Sentimentalitas mencerminkan
perekat orientasi,
sehingga alumni sentimental lebih
mungkin untuk mengidentifikasi dengan universitas
mereka.
c)
Keterlibatan/Involvement
Keterlibatan organisasi mahasiswa mengacu pada partisipasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang
yang secara aktif terlibat dalam suatu kegiatan di organisasi cenderung untuk
mengidentifikasi lebih banyak dengan organisasi (Mael & Ashforth, 1992). Mahasiswa yang terlibat dalam organisasi mahasiswa lebih
mungkin untuk mengembangkan identitas perguruan yang kuat, kesamaan yang dirasakan lebih
besar dengan anggota lain, dan ikatan emosional lebih kuat. Keterlibatan mahasiswa secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi semua bidang
yang diukur memberi dan
promosi untuk
universitas. Salah
satu implikasi
yang mungkin adalah bagi
perguruan tinggi untuk
tetap menjaga
dan memelihara
hubungan dengan
alumni yang
telah terlibat dalam kegiatan kampus sebagai
mahasiswa. Keterlibatan dengan
organisasi non-profit
merupakan faktor dalam
memprediksi future intention
untuk menyumbangkan (Lindahl dan Winship, 1992). Hal
ini mungkin karena
hubungan antara keterlibatan dan
identifikasi, yang dalam kasus
hubungan dengan almamater dapat menjadi
faktor penentu
(Mael dan Ashforth, 1992).
Keterlibatan alumni telah
terbukti menjadi prediktor
signifikan dari memberikan
donasi (Tsao dan Coll, 2005). Weerts
dan Ronca (2008) juga menunjukkan bahwa terlibat alumni
langsung dan tidak langsung memberikan dampak positif
pada almamater mereka dengan memberikan waktu mereka dan sumber daya. Miller
dan Jones (seperti dikutip dalam Fitch, 1991) membuat pernyataan yang kuat
untuk ekstrakurikuler, program luar-ruang kelas, akan sejauh untuk menyatakan mereka
harus dipandang sebagai elemen dasar dari
kurikulum. Perguruan tinggi yang melibatkan para
siswa mereka akan menemukan bahwa siswa
berdampak lebih positif. Ini adalah alasan kuat
untuk percaya bahwa terlibat mahasiswa
pascasarjana berubah kemungkinan bergerak akan mendukung almamater.
3. konsekuen
identifikasi alumni pada almamater
Dampak identifikasi alumni pada almamaternya bisa
diukur dari engagement atau keterikatan mereka terhadap organisasi (Smith,
2012). Pada akhirnya keterikatan pada almamater akan berpengaruh pada keinginan
alumni untuk memberi dalam bentuk promosi atau partisipasi (Skarmeas et al.,
2010). Schaufeli et al (2002) mendefinisikan engagement sebagai “suatu
hal positif yang memenuhi pikiran berkaitan dengan pekerjaan, yang
dikarakteristikkan dengan vigor,
dedication dan absorption”. Vigor (semangat) mengacu pada tingkat ketahanan
energy dan mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam
pekerjaan seseorang, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi mengacu
pada rasa makna, antusiasme, kebanggaan inspirasi, dan tantangan. Penyerapan
(absorbtion) mengacu pada tingkat penuh konsentrasi dan sangat asyik dalam
pekerjaan seseorang, dimana seseorang merasakn waktu cepat berlalu dan memiliki
kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan.
Berdasarkan model group
engagement (Tyler & Blader, 2003) identifikasi organisasi secara langsung
berkaitan dengan keterikatan karyawan. Model keterikatan kelompok menyatakan
bahwa identifkasi social dipengaruhi kelompok individu dan perilaku usaha atas
nama kelompok. Secara khusus, model ini menunjukkan bahwa individu yang sangat
mengidentifikasi dengan kelompok mereka sendiri konsep diri (Tyler &
Blader, 2003). Individu yang sangat mengidentifikasi dengan kelompok secara
inheren tertarik pada kesejahteraan kelompok dan oleh karena itu, model ini
menunjukkan mereka lebih bersedia untuk menampilkan perilaku extrarole untuk
mempromosikan kesejahteraan kelompok (Blader & Tyler, 2009). Meskipun
perilaku extrarole dan keterikatan karyawan yang tidak sama, keterikatan
karyawan adalah investasi diri penuh satu ke dalam peran kerja seseorang (Kahn
dalam Schaufeli et al., 2002). Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa keterikatan
mahasiswa akan lebih cenderung untuk memberi pada almamaternya, dan bahwa
keterikatan alumni adalah predictor alumni giving (Caboni, dlotfelter, Gaier,
Gallo & Hubshman, Hoyt, Dalam, Radcliffe (2011)). Apakah keterikatan dalam
bentuk berpartisipasi dalam kelompok social alumni, kelompok alumni yang
membaca publikasi, mengunjungi kampus, menghadiri acara atau melayani dalam
peran relawan formal, peneliti sepakat bahwa alumni yang terikat dengan lembaga
ini cenderung memberi (Allen et al dalam Radcliffe (2011).
Selain itu, Korvas dalam
Radcliffe (2011) menemukan bahwa semakin lama keterikatan berlanjut, semakin
maju hubungan antara alumni dan almamater, para alumni yang lebih murah hati
dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan
bahwa alumni yang terikat dengan almamater adalah lebih mungkin untuk memberikan (Brittingham & Pezzullo, 1990; Coltfelter, 2003; Gallo & Hubschman, 2003; Heckman & Guskey, 1998; Hoyt, 2004). Banyak studi menunjukkan bahwa keterikatan alumni dengan almamater adalah sebuah variabel penting di alumni memberi (Brittingham & Pez Zullo, 1990; Gallo & Hubschman, 2003; Heckman & Guskey, 1998;
Hoyt, 2004; McDearmon & Shirley, 2009; Sun et al., 2007; Weerts &
Ronca, 2009).
Teori
identitas sosial menunjukkan bahwa individu cenderung memilih kegiatan kongruen dengan
menonjol
aspek
identitas mereka dan mendukung lembaga-lembaga yang mewujudkan
identitas (Ashforth dan
Mael, 1989). Hal
ini menunjukkan bahwa identifikasi
alumni dengan almamater
mereka akan memprediksi perilaku
seperti membuat kontribusi keuangan kepada almamater, menasihati keturunan dan orang
lain untuk menghadiri almamater, dan berpartisipasi dalam alumni dan fungsi kelembagaan
yang bersifat umum
(Tompkins,
1986).
Identifikasi
secara positif berkaitan dengan individu "memberi" kepada organisasi.
Dalam model pemberian dapat mencakup
perilaku seperti
donasi,
promosi, atau kinerja sukarela pelanggan (Bettencourt, 1997). Mempromosikan
dapat diartikan sebagai menyediakan informasi positif tentang universitas dalam
situasi social (Arnett et al., 2003). Dengan demikian, alumni universitas yang
mengidentifikasi kemungkinan besar untuk berkomunikasi dengan pendapat positif
dan bicara tentang universitas dalam percakapan mereka dengan teman dan
kenalannya.
F. PENELITIAN
TERDAHULU
Penelitian mengenai hubungan faktor – faktor individu alumni
dan identifikasi organisasi yang berpengaruh pada dukungan pada universitas
beberapa kali pernah diteliti. Dalam tabel I ditampilkan nama peneliti; judul
dan tahun penerbitan penelitian; unit analisis; hipotesis yang terkait dengan
variabel yang diteliti dalam penelitian ini; serta hasil pengujian hipotesis
tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
I
Daftar
Penelitian Terdahulu Mengenai faktor – faktor individu, identifikasi organisasi
dan dukungan yang diberikan untuk almamater
No.
|
Peneliti (tahun) dan
Judul
|
Unit Analisis
|
Metode Analisis
|
Hipotesis
|
Hasil
|
-
|
Mael et al., (1992)
Alumni and their alma mater: A partial test of the
reformulated model of organizational identification
|
297 alumni
northeastern di AS
|
Analisis regresi dan Structural Equation Model
|
Faktor individu
berhubungan signifikan dengan OID
|
Didukung
|
-
|
Bass et al., (2012)
University identification : A conceptual Framework
|
|
|
Factor individu (tahun
kelulusan, kepuasan, hubungan sentimentalitas) akan berpengaruh pada
identifikasi universitas
|
Didukung
|
-
|
Mc Dearmon and Shirley
(2009)
Characteristics and institutional factor related to
young alumni donors abd bob-donors
|
2273 alumni
universitas di Midwest
|
A multi regresión analysis
|
memberikan donasi untuk
amal lain memiliki
korelasi positif
dengan
alumni muda
menjadi donor untuk universitas.
|
Didukung
|
-
|
Baruch et al., (2012)
Predicting MBA graduates’ donation behavior to their
alma mater
|
3677 alumni
|
Análisis regresi
|
1) tingkat kepuasan signifikan dengan
perlikau berdonasi;
2) keterikatan (engagement) signifikan
memediasi faktor kepuasan dengan perilaku donasi
|
1) Didukung
2) Didukung
|
-
|
Porter et al., (2001)
Books and balls: Antecedents and outcomes of college
identification
|
110 alumi dari universitas
di AS
|
analisis regresi
|
1) identifikasi berpengaruh positif pada promosi
2) keterlibatan mahasiswa berpengaruh positif pada identifikasi
universitas
|
1) Didukung
2) Didukung
|
-
|
Arnett et al., (2003)
The Identity Salience Model of Relationship
Marketing Success: The Case of Nonprofit Marketing
|
953 alumni dari
southwestern state university
|
Structural Equation Model
|
1)Identifikasi universitas berhubungan positif dengan memberikan donasi
untuk almamater/universitas
2)Identifikasi universitas berhubungan positif dengan mempromosikan
universitas/almamater
|
1) Didukung
2) Didukung
|
-
|
Skarmeas et al., (2010)
Determinants
and consequences alumni identification. Academy Publies Of Administration
Publish
|
400 alumni universitas
|
Análisis regresi
|
1) Kepuasan berhubungan positif dengan identifikasi
universitas
2) Sentimentalitas berhubungan positif dengan
identifikasi universitas
3) Identifikasi berhubungan positif dengan promosi
universitas
|
1) Didukung
2) Didukung
3) Didukung
|
G. KERANGKA
PEMIKIRAN
Kerangka penelitian
adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori-teori berhubungan dengan
beberapa faktor yang akan diidentifikasi sebagai suatu permasalahan (Sekaran,
2003). Kerangka pemikiran menunjukkan beberapa variabel yang berbeda yang
digunakan dan menggambarkan tentang bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Variabel independen dalam penelitian ini adalah satisfaction alumni (kepuasan alumni), sentimentalitas alumni, dan involvement (keterlibatan alumni).
Sedangkan variable dependen dalam penelitian ini adalah organizational identification (identifikasi organisasi), alumni engagement (keterikatan alumni)
dan juga support of the organizational
dalam bentuk promosi dan financial donations. Penelitian ini menguji kembali
hubungan antara faktor – faktor individu yaitu kepuasan, sentimentalitas dan involvement terhadap identifikasi
organisasi yang berpengaruh pada keterikatan alumni dan dukungan yang diberikan
pada organisasi yang berupa promosi dan financial donasi, penelitian ini juga
menguji keterikatan alumni terhadap dukungan yang diberikan pada organisasi
yang berupa promosi dan financial donasi. Adapun kerangka pemikiran dalam
penelitian ini seperti pada gambar 1.
Faktor – factor individu (kepuasan, sentimentalitas,
dan involvement) memberikan pengaruh terhadap identifikasi organisasi, karena bila
identitas individu dibentuk oleh keanggotaan dalam kelompok akan menumbuhkan
ikatan emosional yang menurunkan perasaan senasib dan sepenanggungan antara
individu dan organisasi sehingga mempengaruhi perilaku nyata yang bermanfaat
bagi kedua belah pihak yaitu individu dan organisasi, bahkan tidak jarang
diikuti dengan kerelaan berkorban demi pencapaian tujuan organisasi, karena
menganggap dirinya menjadi bagian dari organisasi. Karena itu penting bagi
organisasi untuk memperhatikan dan mensosialisasikan kebijakan peraturan dan
visi misi organisasi, nilai – nilai dan strategi untuk membentuk sikap anggota
organisasi dan memperkuat identifikasi dengan organisasinya. Meningkatkan
identifikasi organisasi termasuk di institusi perguruan tinggi yang concern
dengan alumninya. Alumni yang merasakan hubungan yang kuat dengan organisasinya
akan merayakan keberhasilan pada pencapaian organisasi, tetapi juga akan
merasakan kekhawatiran bila organisasi mempunyai kelemahan atau mendapatkan
kegagalan.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
H. PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2004). Untuk
lebih membatasi hasil penelitian, maka obyek penelitian dicantumkan dalam
hipotesis penelitian. Pencantuman obyek penelitian tersebut dimungkinkan dapat
lebih menjelaskan bahwa kasus yang diteliti adalah alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
mungkin akan berbeda jika diterapkan dalam obyek penelitian yang lain.
1.
Drezer (2009)
mengatakan bahwa kepuasan dengan pengalaman selama menjalani pembelajaran di universitas
dipandang sebagai faktor penting yang dapat menyebabkan identifikasi alumni
pada almamaternya. Alasannya adalah bahwa ada pengalaman positif yang
diturunkan dari kepuasan sebagai hasil dari suatu peristiwa dimana orang akan
mengevaluasi kembali arti penting dari berbagai identitas. Kepuasan yang
dirasakan oleh seseorang akan menegaskan kembali identitas dirinya (Welborne
dan Kalbe 1995). Perasaan positif akan menegaskan identitas penting untuk
pengembangan dan pemeliharaan identitas (Arnett et al., 2003). Maka dapat
disimpulkan bahwa alumni yang puas dengan pengalaman universitas mereka lebih
cenderung mengidentifikasi dengan universitas.
H1. Kepuasan dengan pengalaman di universitas
berpengaruh pada identifikasi alumni dengan universitas.
2.
Sentimentalitas
mengacu pada kecenderungan untuk mempertahankan ikatan emosional dan atau nyata
kenangan masa lalu seseorang dan untuk mendapatkan kesenangan dari pembahasan
atau mengenang masa lalu seseorang (Mael dan Ashforth 1992). Ini berbeda dari
nostalgia, didasarkan pada kenyataan bahwa sentimentalitas tidak mengungkapkan
preferensi atau superioritas antara situasi saat ini dan perekat orientasi,
sehingga sentimentalitas alumni lebih mungkin untuk mengidentifikasi dengan
universitas mereka.
H3 sentimentalitas alumni berpengaruh positif pada
identifikasi alumni dengan universitas
3.
Keterlibatan
organisasi mahasiswa mengacu pada partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang secara aktif terlibat dalam
suatu kegiatan di organisasi cenderung mengidenifikasi lebih dengan organisasi
(Mael & Ashforth, 1992). Mahasiswa yang terlibat dalam organisasi
kemahasiswaan lebih mungkin untuk mengembangkan identitas perguruan yang kuat
meskipun pribadi meningkat, kesamaan yang dirasakan lebih besar dengan anggota
lain, dan ikatan emosional lebih kuat.
H4 keterlibatan organisasi kemahasiwaan para alumni
secara positif berpengaruh pada identifikasi universitas.
4.
Schaufeli et al
(2002) mendefinisikan engagement sebagai
“suatu hal positif yang memenuhi pikiran berkaitan dengan pekerjaan, yang
dikarakteristikkan dengan vigor,
dedication dan absorption”. Vigor (semangat) mengacu pada tingkat ketahanan
energi dan mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam
pekerjaan seseorang, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi mengacu
pada rasa makna, antusiasme, kebanggaan inspirasi, dan tantangan. Penyerapan
(absorbtion) mengacu pada tingkat penuh konsentrasi dan sangat asyik dalam
pekerjaan seseorang, dimana seseorang merasakan waktu cepat berlalu dan
memiliki kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan.
Berdasarkan model group
engagement (Tyler & Blader, 2003) identifikasi organisasi secara langsung
berkaitan dengan keterikatan karyawan. Model keterikatan kelompok menyatakan
bahwa identifkasi social dipengaruhi kelompok individu dan perilaku usaha atas
nama kelompok. Secara khusus, model ini menunjukkan bahwa individu yang sangat
mengidentifikasi dengan kelompok mereka sendiri konsep diri (Tyler &
Blader, 2003). Individu yang sangat mengidentifikasi dengan kelompok secara inheren
tertarik pada kesejahteraan kelompok dan oleh karena itu, model ini menunjukkan
mereka lebih bersedia untuk menampilkan perilaku extrarole untuk mempromosikan
kesejahteraan kelompok (Blader & Tyler, 2009). Meskipun perilaku extrarole
dan keterikatan karyawan yang tidak sama, keterikatan karyawan adalah investasi
diri penuh satu ke dalam peran kerja seseornag (Kahn dalam Schaufeli et al.,
2002), dan oleh karena itu dapat dibilang merupakan suatu mekanisme tambahan
melalui mana karyawan dapat mempromosikan keberhasilan dan kesejahteraan
kelompok mereka, dan ini dapat juga diterapkan pada organisasi universitas,
sehingga:
H5 identifikasi alumni pada universitas akan
berpengaruh positif dengan keterikatan alumni
5.
Mempromosikan
dapat diartikan sebagai menyediakan informasi positif tentang universitas dalam
situasi social (Arnett et al., 2003). Dengan demikian, alumni universitas yang
mengidentifikasi kemungkinan besar untuk berkomunikasi dengan pendapat positif
dan bicara tentang universitas dalam percakapan mereka dengan teman dan
kenalannya. Identifikasi
secara positif berkaitan dengan individu "memberi" kepada organisasi.
Dalam model pemberian dapat mencakup
perilaku seperti
donasi,
promosi, atau kinerja sukarela pelanggan (Bettencourt, 1997). Karena itu,
alumni yang mengidentifikasi dengan universitas tampaknya akan ikut mendukung
perilaku seperti promosi dan juga memberikan donasi pada universitas
H6 identifikasi alumni universitas berpengaruh positif
pada alumni untuk mendukung universitas dalam bentuk promosi dan donasi
6.
Penelitian
secara konsisten menunjukkan bahwa mahasiswa terikat lebih cenderung untuk memberi
pada almamaternya, dan bahwa keterikatan alumni adalah predictor alumni giving
(Caboni, dlotfelter, Gaier, Gallo & Hubshman, Hoyt, Dalam, Radcliffe
(2011)). Apakah keterikatan dalam bentuk berpartisipasi dalam kelompok social
alumni, kelompok alumni yang membaca publikasi, mengunjungi kampus, menghadiri
acara atau melayani dalam peran relawan formal, peneliti sepakat bahwa alumni
yang terikat dengan lembaga ini cenderung memberikan (Allen et al dalam Radcliffe
(2011). Selain itu, Korvas dalam Radcliffe (2011) menemukan bahwa semakin lama
keterikatan berlanjut, semakin maju hubungan antara alumni dan almamater, para
alumni yang lebih murah hati dari waktu ke waktu.
H7 keterikatan alumni pada universitas berpengaruh
positif pada dukungan untuk universitas baik dalam bentuk promosi ataupun donasi
dalam kegiatan universitas.
7.
Dalam penelitian
ini juga akan diteliti pengaruh dari variable demografis seperti masa kerja, usia,
pendapatan, status perkawinan, yang dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku
mendukung organisasi.
I. METODE
PENELITIAN
1. Desain
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan desain survei yaitu penelitian yang hasil pengukuran sampelnya akan digeneralisasikan untuk
populasinya (Wahyuni, 2003). Penelitian dengan metode survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dengan meminta tanggapan dari responden,
baik langsung maupun tidak langsung. Kuesioner digunakan sebagai alat bantu
dalam penelitian survey (Suliyanto, 2006). Informasi ini diperoleh melalui
permintaan keterangan – keterangan atau jawaban dari responden. Datanya berupa
jawaban – jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang diajukan, disebut juga
dengan questionnaire method (Marzuki,
2000). Data tersebur diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada alumni
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
a. Tujuan
Studi
Tujuan
studi penelitian ini adalah hypothesis testing (pengujian hipotesis),
yaitu
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor
individual alumni yang berpengaruh pada dukungan alumni untuk universitas
melalui identifikasi organisasi.
b. Tipe
Hubungan Variabel
Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat
(kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini
variabel independennya adalah : faktor-faktor individual alumni yaitu kepuasan,
sentimentalitas, dan keterlibatan. Variabel dependennya adalah : identifikasi organisasi dan dukungan
alumni untuk universitas yang berbentuk promosi dan financial donations.
c. Lingkungan
(Setting) Studi
Lingkungan setting penelitian
ini adalah alumni
universitas Sebelas Maret Surakarta.
d. Unit
Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis,
berdasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan merupakan
elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan,
pengumpulan, dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah tingkat
individual yaitu data yang dianalisis berasal dari setiap individual alumni.
e. Horison
Waktu
Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada
waktu tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam
beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah
yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap (one shot study) yaitu penelitian yang
datanya dikumpulkan sekaligus dapat berupa data dari satu atau beberapa subyek
penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode waktu.
2.
Populasi,
Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel
a.
Populasi
Penelitian
Populasi
adalah jumlah keseluruhan objek (satuan-satuan/individu-individu) yang
karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto & Pangestu, 2000). Populasi adalah keseluruhan kelompok, orang,
kejadian, atau hal minat yang ingin penulis investigasi (Sekaran, 2006).
Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran ataupun
perhitungan, kualitatif atau kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kelompok yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian
dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa
mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 2000). Sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan alumni program Strata 1
dari masing – masing fakultas di Universitas Sebelas Maret.
c. Teknik Pengambilan
Sampel
Teknik
sampling adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi,
sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau
karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik
tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 2006). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
teknik propotional random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
terlebih dahulu membagi populasi menjadi kelas – kelas atau sub populasi yang
kemudian setiap sub populasi diambil sampelnya secara random. Dalam teknik
pengambilan sampel penelitian ini dengan membagi populasi menjadi kelas – kelas
yaitu membagi populasi alumni ke dalam dua bagian yaitu angkatan sebelum tahun
2000 dan angkatan sesudah tahun 2000 yang kemudian diambil sampelnya secara
random.
3. Pengukuran Variabel
Ø
Identifikasi organisasi sebagai variabel dependen itu diukur dengan
menggunakan enam item pertanyaan yang diadaptasi dari Meal dan Ashforth (1992).
Ø
Kepuasan dari mahasiswa pengalaman menggunakan empat item yang diadaptasi
dari Westbrook dan Oliver (1981).
Ø
Sentimentalitas diukur menggunakan tujuh item yang diadaptasi dari Mael
dan Ashforth (1992).
Ø
Keterlibatan alumni diukur melalui lima item pertanyaan yang diadaptasi dari
Weert dan Ronca (2007).
Ø
Keterikatan alumni diukur melalui enam item yang diadaptasi dari Keith D.
Barber (2012).
Ø
Mempromosikan diukur menggunakan tiga item yang diadaptasi dari arnett et
al. (2003).
4. Jenis Data
a.
Data
Primer
Data primer merupakan
data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. Data ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan
kepada alumni universitas sebelas maret Surakarta
dan diisi oleh responden.
b.
Data
Sekunder
Data sekunder adalah
sumber data atau informasi yang dikumpulkan orang atau pihak lain yang
digunakan peneliti untuk penelitiannya (Sekaran, 2000). Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif obyek penelitian yang meliputi
sejarah berdirinya perusahaan, gambaran umum
universitas, struktur organisasi,
jumlah mahasiswa dan visi misi perguruan tinggi.
5. Metode
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
beberapa cara yaitu sebagai berikut :
a. Metode Kuesioner
Kuesioner
adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan
dijawab oleh responden, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan
jelas (Sekaran, 2006).
Desain kuesioner penelitian ini adalah kombinasi
antara kuesioner terbuka dan tertutup. Jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat tertutup, maksudnya alternatif
jawaban atas pertanyaan tersebut telah disediakan dan responden tidak diberi
kesempatan menjawab yang lain di luar jawaban yang telah disediakan. Dan
pertanyaan bersifat terbuka maksudnya jawaban atas pertanyaan tersebut telah
disediakan dan responden diberi kesempatan menjawab yang lain diluar jawaban
yang telah disediakan.
Penelitian
ini menggunakan metode kuesioner dengan dasar pertimbangan bahwa responden
adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan
responden kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi
responden tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti
Pertimbangan
lainya adalah sehubungan dengan kesibukan responden yang akan diteliti sehingga
peneliti berusaha memberikan kemudahan dengan tidak menyita banyak waktu
responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kuesioner. Dan desain kuesioner adalah kombinasi antara
kuesioner terbuka dan tertutup.
b. Metode Kepustakaan
Metode
kepustakaan adalah dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya
publikasi dan non publikasi yang
diperoleh dari sumber sekunder (Sekaran, 2006). Metode ini bertujuan untuk
memastikan bahwa tidak ada variabel penting di masa lalu yang ditemukan
berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah yang terlewatkan (Sekaran, 2006).
Peneliti menggunakan metode ini dengan membaca literatur-literatur yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan.
6. Metode
Analisis Data
a. Uji Validitas
Uji
validitas bertujuan untuk mengetahui seberapa tepat suatu tes melakukan fungsi
ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran
mengenai sasarannya (Sekaran, 2003). Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu
tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur
(Jogiyanto, 2007). Uji
validitas dalam penelitian ini dijalankan dengan Confirmatory factor analysis
(CFA) yang dilakukan peneliti terhadap konstruk dalam penelitian ini secara
terpisah dengan bantuan program Amos 5.0.
Menurut Ferdinand (2002), factor loading
lebih besar ±
0.30 dianggap memenuhi level minimal, factor loading ± 0.40 dianggap lebih baik dan sesuai
dengan rules of thumb yang dipakai para peneliti, dan factor loading
³
0.50 dianggap signifikan. Jadi semakin besar nilai absolut factor loading,
semakin penting loading tersebut menginterpretasikan konstruknya.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1996). Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk
menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan
apakah suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga
memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada
masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2000).
Untuk mengukur reliabilitas dari
instrumen penelitian ini dilakukan dengan item-to-total correlation dan Cronbach’s
Alpha dengan bantuan program komputer SPSS 16.0.
Dalam penelitian ini reliabilitas dilakukan dengan metode one shot, dimana pengukuran hanya sekali dilakukan dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban. Dalam pengukurannya, one shot
akan dilakukan dengan analisis Cronbach’s
Alpha. Triton, P.B (2005) mengklasifikasi nilai cronbach’s alpha, sebagai berikut :
a)
Nilai
Cronbach’s Alpha antara 0,00 - 0,20
dikategorikan kurang reliabel.
b)
Nilai
Cronbach’s Alpha antara 0,21 - 0,40
dikategorikan agak reliabel.
c)
Nilai
Cronbach’s Alpha antara 0,41 - 0,60
dikategorikan cukup reliabel.
d)
Nilai
Cronbach’s Alpha antara 0,61 - 0,80
dikategorikan reliabel.
e)
Nilai
Cronbach’s Alpha antara 0,81 - 1,00
dikategorikan sangat reliabel.
c.
Analisis
Structrual Equation Modelling (SEM)
Model
SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistical yang memungkinkan pengujian
sebuah rangkaian secara simultan (Hair et
al., dalam Ferdinand, 2002). Hubungan tersebut dapat dibangun antara satu
atau beberapa variable dependen dengan satu atau beberapa variable independen.
Analisis dengan menggunakan SEM harus memenuhi beberapa asumsi berikut :
a.
Normalitas data
Asumsi
yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas,
yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel metrik tunggal
dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et al., dalam Ghozali &
Fuad, 2005). Apabila asumsi
normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka akan
mengakibatkan hasil uji statistik yang bias.
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi
normalitas dipenuhi sehingga data dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji
dengan metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk
normalitas univariat dan multivariate dimana beberapa variabel digunakan
sekaligus dalam analisis akhir. Caranya menentukan normalitas data adalah
dengan membandingkan nilai Critical ratio skewness dan kurtosis dengan nilai
kritis pada tingkat signifikansi tertentu. Rules of thumb yang digunakan
adalah bila nilai Critical ratio skewness dan kurtosis lebih
dari ± 2.58 pada level
0.01 berarti distribusi data tidak normal. Dalam output Amos 5.0, uji
normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai
C .r dengan nilai kritis ± 2.58 pada level 0.01. Jika terdapat nilai C. r yang lebih besar dari nilai kritis
maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2002).
b.
Uji outliers
Uji
outliers adalah data yang memiliki
karakteristik unik
yang terlihat sangat jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim. Outliers merupakan
hasil-hasil observasi yang menunjukkan nilai-nilai ekstrim dalam distribusinya
(Ghozali, 2004). Outliers adalah observasi atau data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi
lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel
tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al., dalam Ferdinand, 2002). Uji terhadap multivariate outliers dilakukan
dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak
Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002). Evaluasi
outliers ini dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 5.0.
Terdapat
dua pendapat yang menyatakan alasan mengapa outliers
harus dibuang atau tidak. Kalau peneliti memilih untuk tidak membuang data
yang terjadi outliers, hal itu
dikarenakan peneliti memilih untuk menampilkan data yang benar-benar merepresentasikan
data populasi. Pertimbangannya
adalah observasi yang termasuk dalam outliers
tersebut merupakan representasi dari segmen tertentu dalam populasi sehingga
harus dipertahankan karena menyangkut kemampuan generalisasi hasil penelitian
ke seluruh populasi. Sedangkan alasan mengapa outliers sebaiknya dibuang adalah kekhawatiran nantinya outliers tersebut akan berakibat pada
penyimpangan hasil penelitian.
c. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model. Ada tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat melalui matrik korelasi antar variabel
independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (di
atas 0,9), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali,
2005). Pengujian multikolinearitas dilakukan
dengan bantuan program komputer AMOS 5.0.
SEM
memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya. Tujuan pertama adalah untuk
menentukan apakah model tersebut fit berdasarkan data yang dimiliki. Sedangkan
tujuan kedua adalah menguji berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya
(Ghozali, 2005). Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian model struktural dengan
pendekatan SEM, yaitu indeks-indeks
yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model yang diringkas sebagai
berikut:
Goodness-of-fit
Indices
|
Cut-off Value
|
Chi-square ( )
|
Diharapkan kecil
|
Significance
Probability (p)
|
|
CMIN/DF
|
|
GFI
|
|
AGFI
|
|
TLI
|
|
CFI
|
|
RMSEA
|
|
Sumber: Ferdinand
(2002), Ghozali (2004)
Kedua, analisis
Koefisien jalur digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel yang satu
dangan variabel lainnya tiap jalur (Ferdinand, 2002). Analisis
ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model. Kriteria
bahwa jalur yang dianalisis signifikan adalah apabila memiliki nilai C.R
nilai t tabel.
Pedoman umum nilai t tabel untuk dengan level signifikasi 5% adalah +
1,96 (Jogiyanto, 2004). Dalam penelitian ini pengujian hipotesis didasarkan
pada nilai CR pada regression weight
dari output SEM. Level significance pengujian hipotesis didasarkan pada cut value berikut:
No
|
Level signifikansi
|
Cut-off value
|
1.
|
1%
|
>2.56
|
2.
|
5%
|
>1.96
|
3.
|
10%
|
>1.64
|
J. DAFTAR
PUSTAKA
Arnett, D.B., German, D.S., and Hunt, D.S. (2003), “The identity
salience model of relationship marketing success: The case of non-profit
marketing,” Journal of Marketing, 67 (2), 89-105.
Ashforth, B. E., & Mael, F. (1989). Social identity theory and the
organization. Academy of Management
Review, 14, 20–39.
Barber, K. D. (2012) A Study of Alumni Engagement
and Satisfaction as Related to Alumni Volunteerism and Philanthropy. A
Dissertation submitted to the Graduate School Valdosta State University
Barber, K. D. (2012 A Study of Factors Which
Influence the Lifecycle of Alumni Satisfaction and Engagement. A Dissertation
submitted to the Graduate School Valdosta State University
Baruch Yehuda and Sang Katherine
J.C. (2012), Predicting MBA graduates’ donation behaviour to their alma mater
Journal of Management Development Vol. 31 No. 8, 2012 pp. 808-825.
Bhattacharya, C.B., Rao H., and Glynn, M.A. (1995), “Understanding the bond
of Identification: An investigation of its correlates among art museum
members,” Journal of Marketing, 59 (4), 46-57.
Dholakia, U.M., Blazevic, V., Wiertz, C., and Algesheimer, R. (2009),
“How customers benefit from participation in firm-hosted virtual P3
communities,” Journal of Service
Research, 12 (2), 208-226.
Drezner Noah D (2009) Why
give?: Exploring social exchange and organization identifi cation theories in
the promotion of philanthropic behaviors of African-American, International Journal of Educational
Advancement Vol. 9,3, 147–165
Ferdinand, A. 2000. Structural
Equation Modelling Dalam Penelitian, Semarang: BP Undip Modern, Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gozali, I. dan Fuad 2005. Structural
Equation Modeling: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.54.
Semarang: BP Undip Modern, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jogiyanto,
H.M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis:
Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE
Kotler, Philip (1972), "A Generic Concept of Marketing,"
Journal of Marketing, 36 (2), 49-56.
Mael, F., & Ashforth, B. E. (1992). Alumni and their alma mater: A
partial test of the reformulated model of organizational identification. Journal of Organizational Behavior, 13,
103–123.
Marzuki. 2000. Metedologi Riset.
Yogyakarta: BPFE-UII Yogyakarta.
Newbold John J. , Mehta Sanjay S., Forbus Patricia R.
(2010) Examining Student Identification With The Alumni Organization At A
4-Year Commuter Campus, Contemporary
Issues In Education Research
Puusa
Anu (2006) Conducting
Research on Organizational IdentityEJBO
Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies Vol. 11,
No. 2
Radcliffe, Shelby, (2011) "A Study of Alumni
Engagement and Its Relationship to Giving Behaviors" Master’s Theses. Paper 2, Bucknell University Bucknell Digital Commons
Schaufeli.,
et al., (2002). The measurement of
Engagement and Burnout: A two Sample Confirmatory Factor Analytic Approach. Journal of Happiness Study, 3, 71-92.
Sekaran, U.
2000. Research Method For Business. 3
edition. New
York: John Willey & Sons Inc.
Sekaran, Uma. 2006. Research
Methods for Business Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Penerbit Salemba
Empat.
Skarmeas Dionysis, Shabeer Haseeb, Hultman Magnus, Baltas George, (2010),
Determinants and consequences alumni identification. Academy Publies Of
Administration Publish
Smith, L. Christine. (2012). The perception of organizational prestige
and Employee engagement. Department of
Psychology.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suliyanto. 2006. Metode Riset
Bisnis. Jogyakarta: Andi
Tyler, T. R.,
& Blader, S. L. (2003). The group engagement model: Procedural justice,
social identity, and cooperative behavior. Personality and Social Psychology
Review, 7, 349-361.
Weerts, D. J., & Ronca, J. M. (2008). Characteristics of alumni
donors who volunteer at their alma mater. Research in Higher Education, 49,
274-292.
Welbourne, T.M. and Cable, D.M. (1995), “Group incentives and pay
satisfaction: Understanding, the relationship through an identity theory
perspective,” Human Relations, 48 (6), 1-26.