Rabu, 10 Juni 2015

PENILAIAN KINERJA MANAJEMEN (Mulyadi dan Hansen, Mowen)

Definisi : Suatu penilaian untuk menentukan seberapa efektifnya suatu operasi berjalan dalam suatu organisasi berdasarkan criteria yang ditetapkan sebelumnya.

Penilaian Kinerja Manajemen : Menilai prilaku manusia dalam rangka pelaksanaan perannya dalam organisasi.

Manfaat penilaian kinerja manajemen :
1.       Menjamin Operasi organisasi berjalan secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan.

Dalam manjalankan organisasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) cara :
            Ancaman Tangan Besi à Tidak efektif dan efisien
            Memaximumkan motivasi karyawan à saat karyawan menjadikan sasaran organisasi sebagai sasaran pribadinya à timbul motivasi

ð Tujuan POKOK penilaian kinerja à untuk memaksimumkan motivasi karyawan (melalui adanya keselarasan antara kepentingan/sasaran organisasi dan pribadi/karyawan) sehingga sasaran organisasi tercapai.

Faktor-faktor yang memperngaruhi orang memiliki motivasi :
  • Sasaran Organisasi yang menantang
  • Kinerja dan penghargaan
  • Penghargaan yang memuaskan tujuan pribadi à karyawan akan puas jika penghargaan dianggap adil à muncul motivasi

Dampak rendahnya motivasi karyawan :
·         Kurang perduli terhadap pekerjaan dan organisasi
·         Tidak masuk kerja / kurang disiplin
·         Tingginya tingkat perputaran karyawan dll

2.       Membantu pengamilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan (promosi, mutasi, PHK)
3.       Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
4.       Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana seorang atasan menilai kinerja mereka.

PENGUKURAN DAN PENGHARGAAN KINERJA MANAJEMEN

Banyak anggapan kinerja divisi = kinerja manajer à Anggapan salah !!
Karena : Kinerja divisi banyak yang tentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar kendali manajernya.

Manajemen diberi wewenang oleh pemilik dalam menjalankan perusahaan dan membuat harta pemilik bertambah à pilih orang yang benar à punya info2

Ada 3 alasan manajemen tidak melakukan pekerjaan dengan baik :
1.             Low Skill à pemilik harus benar2 saring orang2 yang kompeten
2.             Manajer tidak suka tantangan atau malas untuk pekerjaan yang beresiko.
3.             Agency Theory
4.             Dll

Kinerja manajer baik à Dipikirkan suatu insentif berupa : tunjangan, bonus, gaji yang naik, dll

Tunjangan à Jenis keuntungan tambahan yang diterima karyawan di luar gaji, misalnya kantor mewah, mobil, rekening pengeluaran pribadi yang dibayarkan kantor, dll à sering disalahgunakan à Butuh upaya menciptakan kesesuaian tujuan / kepentingan pemilik dan manajemen à disebut KOMPENSASI MANAJEMEN, yaitu berbagai insentif yang diperoleh akibat kinerja positif.

JENIS KOMPENSASI :
   Kompensasi Keuangan berupa : Kenaikan gaji, bonus berdasarkan laba yang diperoleh, opsi saham dll à kenaikan gaji hal permanent perlu ditambah dengan  pemberian bonus berdasarkan sesuatu.
Contoh :
Seorang manajer mendapat gaji $75.000 dan bonus tambahan 5% dari kenaikan laba bersih yang dilaporkan à skema seperti ini menciptakan motivasi untuk naikkan laba perusahaan à tcipta keselarasan 2 pihak

MASALAH dalam Pengaturan Kompensasi berdasarkan laba :
  1. Menciptakan prilaku disfungsional misal : tangguhkan biaya perawatan mesin
  2. Jika dipatok konpensasi 3% dari laba tapi < $50.000 à laba ditangguhkan untuk periode mandatang.
  3. Menciptakan prilaku spekulatif manajemen seperti :
                         Menolak investasi peralatan canggih dan efektif à beban depresiasi rendah à laba tinggi
                         Perubahan metode pencatatan persediaan
                         Pengurangan kerugian (penghapusan persediaan)
                         Penundaan pengakuan laba untuk periode berikutnya

Praktek-praktek diatas à tunjukkan manajer memiliki inisiatif dlm memahami perhitungan angka-angka akuntansi yang digunakan dalam penilaian evaluasi kinerja

ð Kompensasi keuangan di atas bersifat TUNAI dan HANYA mampu mendorong orientasi jangka pendek, sedang kompensasi NON TUNAI mendorong orientasi jangka panjang.
Contoh : Bonus ditukar dengan kepemilikan saham perusahaan (ikat manajer secara tidak langsung) seperti dilakukan di Eastman Kodak, Xerox dan Gerber

    Kompensasi Non Keuangan berupa : naik jabatan, ruangan lebih nyaman dan mewah dll




Langkah Strategik Departemen SDM (Kasus Adidas)

Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadiapemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat  menunjang usahanya dalam mewujudkan hubungan manusia yang efektif dengan anggota organisasinya. Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan  oleh banyak hal, yang salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam  organisasi tersebut. Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut  mampu menjadi pencipta dan pendorong bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi, 2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000:167).
Pada akhir 1997, Salomon SA, perusahaan peralatan olahraga Prancis setuju untuk dimerger Adidas sebesar untuk diversifikasi sepatu dan pakaian menjadi perlengkapan sepatu golf, komponen sepeda, dan pakaian olahraga musim salju. Tujuan diakusisinya Salomon oleh Adidas adalah untuk menjadikan adidas sebagai perusahaan olahraga terbesar kedua menyaingi Reebok.


Permasalahan
Permasalahan muncul bagi perusahaan ketika pemimpin yang ada tak mampu memberi suatu kejelasan arah bagi pegawai yang ada. Dalam hal ini, kita pasti mendengar istilah pola kepemimpnan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan seperti mepengembangan perusahaan, pengembangam visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur perusahaan.
Di dalam artikel yang berjudul Impacts of organizational Culture and Leadership on Business Performance: A Case Study on Acquisitions oleh Nihan Yildrim dan Seda Birinci (2013) dikatakan bahwa kepemimpinan dan budaya transformasional diidentifikasi sebagai kepemimpinan yang dapat menyediakan dasar bagi keberhasilan organisasi jangka panjang selama adanya perubahan organisasi (akuisisi).
Dalam akuisisi dimungkinkan adanya strategi perusahaan tidak sesuai dengan budaya kerja perusahaan maka langkah yang harus diambil adalah dengan cara merubah strategi perusahaan dengan cara breakdown pada tahap-tahap tertentu. Karena merubah budaya perusahaan akan sangat sulit dan memerlukan effort yang sangat besar dan biaya yang sangat besar. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa apapun strategi yang diterapkan oleh suatu perusahaan tidak akan berjalan maksimal apabila tidak bersinergi dengan budaya perusahaan.

Solusi
Untuk menanggulangi permasalah yang ada, pihak Adidas dapat merestukturisasi jajaran top manager yang ada dengan manajer-manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan transformasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
b. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi. Hal ini penting dikarenakan sesungguhnya pasca akuisisi, perusahaan rawan mengalami kegagalan jika sumber daya manusia yang ada tidak fokus terhadap kepentingan organisasi.
c.    Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.

Manajer seharusnya tidak membuat keputusan yang terburu-buru karena hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan kinerja organisasi, di satu pihak para manajer harus berjaga agar tidak bertahan pada usatu keputusan yang tidak benar terlalu lama. Adidas pernah mendominasi pasar sepatu untuk atlet professional namun masih menjadi nomor dua dibawah Nike. Sehingga mencoba membuka lini bisnis baru dengan mengakuisisi Salomon akan tetapi memberikan hasil negative bagi Adidas.
Jika budaya kerja suatu perusahaan tidak sesuai dengan strategi yang akan diimplementasikan tindakan apa yang harus diambil oleh pimpinan, maka langkah yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut:
v  Melakukan identifikasi strategi
v  Spesifikasi new action
v  Bicarakan masalah yang didapat dalam budaya baru
v  Implementasi budaya baru
v  Komitmen dari management untuk mengganti budaya perusahaan

Dalam hal ini terlihat perbedaan budaya dimana Adidas cenderung mengutamakan inovasi produk, sedangakan Salomon tetap bertahan dengan produk yang telah dibuat sehingga produknya tidak terlalu menarik dipasaran.

JOB DESCRIPTION HRD MANAGER

JOB DESCRIPTION HRD MGR


No
Pekerjaan
Time Work
1







2




3





4



5






6






7








8






9
Menyusun strategi dan kebijakan pengelolaan SDM di perusahaan berdasarkan strategi jangka panjang dan jangka pendek yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku agar diperoleh SDM dengan kinerja, kapabilitas dan kompetensi yang sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Menyusun rencana kerja dan anggaran bagiannya sesuai dengan strategi, kebijakan dan sistem SDM yang telah ditetapkan untuk memastikan tercapainya sasaran bagian SDM.

Mengkoordinasikan dan mengontrol pelaksanaan fungsi SDM di seluruh perusahaan untuk memastikan semuanya sesuai dengan strategi, kebijakan, sistem dan rencana kerja yang telah disusun.

Mengkoordinasikan dan mengontrol anggaran bagian SDM agar digunakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan rencana kerja.

Mengarahkan, menganalisa dan mengelola praktek dan prosedur remunerasi untuk memastikan paket remunerasi yang ditetapkan perusahaan kompetitif, sejalan dengan praktek industri, sesuai kemampuan finansial perusahaan dan adil secara internal.

Mengkoordinasikan dan mengontrol penyusunan dan pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan, termasuk identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi pelatihan, untuk memastikan tercapainya target tingkat kemampuan dan kompetensi setiap karyawan.

Merencanakan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan perkembangan organisasi, serta mengkoordinasikan dan mengontrol pelaksanaan kegiatan rekrutmen dan seleksi untuk memastikan tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan permintaan dan kualifikasi yang diinginkan dalam jangka waktu yang telah disepakati.

Menyusun sistem manajemen kinerja, serta mengkoordinasikan dan mengontrol pelaksanaan siklus manajemen kinerja, mulai dari perencanaan, pembimbingan, sampai dengan penilaian kinerja, untuk memastikan tercapainya target kinerja individu, unit, maupun perusahaan.

Mengelola dan mengontrol aktifitas administrasi kantor, kepersonaliaan, dan sistem informasi SDM untuk memastikan tersedianya dukungan yang optimal bagi kelancaran operasional perusahaan.
Tahunan/Bulanan







Tahunan




Bulanan





Bulanan



Tahunan/Bulanan






Tahunan/Bulanan






Tahunan/Bulanan








Tahunan






Bulanan

Indikator:
1. Strategi dan kebijakan SDM
2. Rencana kerja
3. Anggaran
4. Tingkat compliance
5. Budget variance
6. Sistem remunerasi
7. Tingkat daya saing remunerasi
8. Program pelatihan dan pengembangan
9. Jam pelatihan per orang
10.Rasio pemenuhan kompetensi
11.Rencana tenaga kerja
12.Jangka waktu proses rekrutmen
13.Rasio penyediaan terhadap permintaan tenaga kerja
14.Sistem manajemen kinerja

Dimensi:
Keuangan :
1. Biaya tenaga kerja
2. Biaya operasional kantor dan umum

Non Keuangan
1. Jumlah karyawan
2. Jumlah bawahan



 Spesifikasi Jabatan:

Latar belakang pendidikan dan pengalaman :
1. Pendidikan teknis minimum S-1 dalam bidang manajemen, hukum atau psikologi.
2. Pemahaman mengenai peraturan ketenagakerjaan di Indonesia
3. Kemampuan dalam bernegosiasi dan berkomunikasi
4. Pengalaman sekitar 5 - 8 tahun variabel dalam mengelola unit kerja SDM di industri keuangan, consumer goods, atau manufacturing.

Kompetensi :
1. Kepemimpinan.
2. Integritas (dapat menjadi role model)
3. Analytical thinking
4. Kerjasama
5. Pemahaman Interpersonal
6. Pengembangan orang lain


Sabtu, 26 April 2014

PROPOSAL SKRIPSI MANAJEMEN (KONSENTRASI SUMBER DAYA MANUSIA)

A.    LATAR BELAKANG
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu cita – cita dari Negara Indonesia, dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang nantinya akan membawa kemajuan untuk Negara ini diperlukan pendidikan. Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan pendidikan tinggi merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa karena pendidikan tinggi memiliki generasi muda yang dipercaya memiliki kekuatan sebagai agent of change bagi Negara ini. Perguruan tinggi merupakan salah satu wadah dari terbentuknya generasi muda yang memiliki kekuatan akademik dan moral sebagai agen perubahan, untuk menciptakan generasi muda yang memiliki kekuatan akademik dan moral oleh karena itu perguruan tinggi harus mulai membenahi pengelolahan yang terkait dengan wacana otonomi perguruan tinggi.

Perguruan tinggi kini dihadapkan pada perencanaan yang baik agar bisa menjalankan otonominya secara mandiri dan juga mandiri dalam bidang pendanaan. Dengan adanya wacana otonomi perguruan tinggi dalam pengelolaan dan upaya meningkatkan budaya manajemen, maka perguruan tinggi harus mengoptimalkan sumberdaya pendidikan yang baik dari sisi SDM yang meliputi dosen, karyawan dan mahasiswa serta sarana dan prasarana yang menunjang. Pemberdayaan stakeholder universitas akan sangat membantu dalam terciptanya otonomi perguruan tinggi yang mandiri. Menurut Kotler dan Fox (dalam Pereira dan da Silva, 2003), para stakeholder universitas terdiri dari : peserta didik/mahasiswa baik yang actual maupun yang potensial, badan akreditasi, orang tua/wali, dosen, peneliti, karyawan serta staf pimpinan, dewan penyantun, universitas sejenis, pemasok, organisasi bisnis dan public, yayasan, alumni, masyarakat setempat dan media masa.

Alumni memiliki peranan yang strategis untuk membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Peranan alumni dalam memajukan kualitas suatu institusi pendidikan menjadi sangat diperhatikan, salah satunya terkait dengan akreditasi perguruan tinggi yang melibatkan peran alumni dalam komponen penilaian. Terkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan berbagai kegiatan yang produktif di perguruan tinggi, alumni dapat berperan dengan memberikan berbagai masukan kritis dan membangun kepada almamater mereka. Alumni yang berprestasi dan memiliki kompetensi yang baik dapat memainkan fungsi penting dalam membangun opini publik untuk menarik minat calon mahasiswa baru. Alumni diharapkan mampu mengembangkan jaringan dan membangun pencitraan insitusi di luar dengan kata lain alumni berperan sebagai alat promosi bagi almamater. Alumni dapat menyediakan berbagai jenis dukungan; baik donasi keuangan, perekrutan, karir, saran atau penempatan kerja bagi lulusan, partisipasi dalam kegiatan alumni, dan bisa menjadi relawan pendukung untuk permohonan dana dan acara organisasi (Rasdell, 1986 dalam Mael dan Ashforth, 1992). Dengan demikian alumni memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kemandirian perguruan tinggi. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang baik terhadap alumni dengan selalu mencari informasi apa yang menjadi penentu alumni untuk terlibat dalam almamaternya menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan oleh perguruan tinggi. Namun, masih sangat sedikit yang diketahui tentang factor – factor yang mempengaruhi keterlibatan alumni pada almamaternya (Thompkins dalam Mael dan Ashforth, 1992).

Dengan demikian sebuah studi alumni pada perguruan tinggi akan memberikan sarana yang sangat baik bagi administrator perguruan tinggi sebagai panduan praktis untuk memahami factor – factor yang membuat alumni bergerak untuk lebih terlibat dalam almamaternya. Salah satu model teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat alumni bergerak berpartispasi bagi almamaternya adalah model teori identifikasi sosial. Pendekatan tentang identifikasi organisasi berawal dari teori identitas social. Identifkasi organisasi telah lama diakui sebagai konstruk membangun yang penting dalam bidang perilaku organisasi. Tajfel dan Turner (dalam Ashforth dan Mael, 1989) menyatakan bahwa setiap orang cenderung menggolongkan dirinya kedalam beberapa kelompok social seperti kelompok keagamaan, usia, jenis kelamin yang sama maupun pada tempat bekerja. Ketika berhubungan dengan kelompoknya atau tempatnya bekerja, organisasi itu akan mempengaruhi konsep diri anggotanya. Pada tahap ini terbentuknya identifikasi anggota terhadap organisasi. Dengan adanya identifikasi organisasi, bahwa ia memandang dirinya merupakan bagian dari organisasi dan merasa sebagai satu kesatuan dengan organisasi tersebut (Ashforth dan Mael, 1989). Pada perkembangan selanjutnya definisi ini berkembang tidak hanya sebatas menyatu dengan organisasi saja tetapi juga sebagai keadaan menerima kesuksesan dan kegagalan yang dialami organisasi sebagai bagaian dari dirinya (Ashforth dan Mael, 1992).
Pada penelitian Mael dan Ashforth (1992) yang mengambil sampel perguruan tinggi menyatakan bahwa identifikasi organisasi dapat mempengaruhi tingkah laku yang mendukung pada almamater seperti memberi kontribusi keuangan yang lebih besar pada almamater, mengajak orang di luar perguruan tinggi untuk bergabung, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan perguruan tinggi. Meal dan Ashforth (1992) juga melakukan penelitian tentang identifikasi organisasi dengan sampel perguruan tinggi dengan variable anteseden yaitu faktor organisasional dan faktor individual. Faktor individu yang berpengaruh adalah masa kerja, kepuasan terhadap organisasi, sentimentalitas, dan keterlibatan alumni. Dua faktor tersebut dapat mempengaruhi identifikasi organisasi pada akhirnya dapat mendorong munculnya tingkah laku pada anggota untuk mendukung organisasinya mencapai visi, misi, nilai, dan tujuannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini menarik untuk dikaji lebih dalam yang terfokuskan pada faktor individual, yang akan dituangkan dalam bentuk rencana penelitian pada alumni perguruan tinggi khususnya alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Faktor – Faktor Individual Alumni Berpengaruh Pada Dukungan Alumni Untuk Universitas Melalui Identifkasi Organisasi”.

B.     PERUMUSAN MASALAH
Terkait dengan penjabaran di latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk menyusun proposal yang bertema tentang faktor – faktor individu alumni yang berpengaruh pada dukungan alumni untuk universitas melalui identifikasi organisasi adalah sebagai berikut:
1.      Apakah faktor – faktor individu alumni berpengaruh pada identifikasi alumni terhadap universitas?
2.      Apakah identifikasi alumni pada universitas berpengaruh pada keterikatan alumni?
3.      Apakah identifikasi alumni pada universitas berpengaruh pada alumni untuk mendukung universitas dalam bentuk promosi dan donasi?
4.      Apakah keterikatan alumni berpengaruh pada dukungan untuk universitas baik dalam bentuk promosi ataupun donasi dalam kegiatan universitas?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Pelaksanaan setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Maka berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Menguji dan menganalisis faktor – faktor individu alumni berpengaruh pada identifikasi alumni terhadap universitas
2.      Menguji dan menganalisis identifikasi alumni pada universitas berpengaruh pada keterikatan alumni
3.      Menguji dan menganalisis identifikasi alumni pada universitas berpengaruh pada alumni untuk mendukung universitas dalam bentuk promosi dan donasi
4.      Menguji dan menganalisis keterikatan alumni berpengaruh pada dukungan untuk universitas baik dalam bentuk promosi ataupun donasi dalam kegiatan universitas.

D.    MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, khususnya yang terkait dengan ilmu manajemen sumberdaya manusia, dan juga dapat digunakan sebagai referensi penelitian pada bidang yang sama.
2.      Bagi Instansi/Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat mengetahui seberapa kuat identitas organisasional oleh para alumni serta faktor-faktor yang mempengaruhi beserta dampaknya.
3.      Bagi Peneliti
Hasil yang disajikan dari penelitian ini diharapkan mampu sebagai sarana untuk lebihmendalami teori – teori yang didapatkan peneliti serta memberikan tambahan pengetahuan mengenai teori identitas organisasional yang berdampak pada efektivitas organisasi.
4.      Penelitian mendatang, penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pihak yang ingin melakukan penelitian pada bidang yang sama.

E.     TINJAUAN PUSTAKA
1.      Teori Identifikasi Organisasi
Konsep teori identifikasi organisasi merupakan turunan dari konsep identifikasi sosial yang merupakan persepsi individu terhadap kuat atau lemahnya hubungan antara individu dengan kelompok sosial dimana individu menjadi bagiannya, yang membentuk rasa memiliki dan rasa senasib sepenanggungan (Drezner, 2009). Konsep identifikasi sosial dianggap sebagai konsep sentral dalam ranah perilaku organisasi dan manajemen sumber daya manusia (Gioia et al., dalam puusa, 2006). Konsep ini telah diteliti oleh peneliti pada disiplin psikososial maupun sosiologis yang kemudian diadopsi oleh peneliti perilaku organisasi untuk menjelaskan perilaku karyawan di lingkungan kerjanya dan perilaku interpersonal dalam organisasi. Penelitian pada kelompok organisasi profit motif maupun non profit motif kebanyakan menggunakan perspektif teori identifikasi sosial (Tajfel dan Turner, Bhattacharya et al., 1995; Arnett et al., 2003). Berdasarkan persepektif teori identifikasi sosial dijelaskan bahwa dalam mengekspresikan dirinya, individu melakukannya dengan menonjolkan identitas diri dan identitas kelompok sosial.
Temuan penelitian yang menerapkan perspektif teori identitas sosial pada perilaku karyawan dalam organisasi mengungkapkan bahwa perasaan berharga individu sebagian dibentuk oleh keanggotaan dalam kelompok tertentu. Bila identitas individu dibentuk oleh keanggotaan dalam kelompok akan menumbuhkan ikatan emosional yang menurunkan perasaan senasib dan sepenanggungan antara individu dan organisasi, sehingga mempengaruhi perilaku nyata yang bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu individu dan organisasi, bahkan tidak jarang dibarengi dengan kerelaan berkorban demi pencapaian tujuan organisasi, karena menganggap dirinya menjadi bagian dari organisasi. Ketika level identifikasi individu pada organisasi tertentu relative tinggi, maka individu tersebut cenderung mendefinisikan dirinya sesuai dengan karakteristik organisasi dan membedakan dirinya dari karyawan organisasi lain untuk membangun perasaan berharga (self esteem). Teori Identitas didasarkan pada gagasan bahwa persepsi individu seseorang terhadap kuat lemahnya hubungan antara individu dengan kelompok social dimana individu menjadi bagiannya yang membentuk rasa saling memiliki (Tolman, 1943). Dengan demikian, identifikasi adalah rasa saling memiliki kelompok. Melalui identifikasi, orang merasa diri mereka terhubung dengan nasib kelompok, tujuannya, dan berbagi keberhasilan dan kegagalannya (Tolman, 1943). Identifikasi memainkan peran sentral dalam beberapa model memberi sosial termasuk identifikasi organisasi (Ashforth & Mael, 1992). Model identifikasi yang ditampilkan di sini secara konseptual mirip dengan yang diusulkan oleh Mael dan Ashforth (1992). Model identifikasi mencoba untuk menangkap unsur yang sama yang mengarah ke meningkatnya perilaku sukarela. Model ini berpendapat bahwa identifikasi secara positif berkaitan dengan individu "memberi" kepada organisasi. Dalam model pemberian dapat mencakup perilaku seperti hadiah sosial, promosi, atau kinerja sukarela pelanggan (Bettencourt, 1997). Dalam perspektif ini, identifikasi organisasi adalah bentuk spesifik dari identifikasi sosial dimana individu mendefinisikan dirinya dalam hal keanggotaan mereka dalam organisasi tertentu (Mael & Ashforth, 1992). Pada perkembangan selanjutnya definisi ini berkembang tidak hanya sebatas menyatu dengan organisasi saja tetapi juga sebagai keadaan menerima kesuksesan dan kegagalan yang dialami organisasi sebagai bagian dari dirinya (Mael & Ashforth, 1992). identifikasi mengacu pada rasa hubungan antara individu dan organisasi (Bhattacharya dan Sen 2003). Mael & Ashforth (1992) menerapkan empat prinsip dalam identifikiasi kelompok, yaitu:
1.      Identifikasi merupakan konsep perseptual - kognitif, tidak selalu berhubungan dengan perilaku tertentu atau keadaan emosional.
2.      Identifikasi kelompok berarti pribadi mengalami pada tingkat keberhasilan kelompok atau kegagalan.
3.      Identifikasi berbeda dari internalisasi. Identifikasi berarti mengacu diri dalam hal kategori sosial, sementara internalisasi berarti menggabungkan sikap kelompok atau nilai-nilai sebagai prinsip panduan perilaku sendiri. Menerima kategori sosial sebagai definisi diri tidak berarti juga menerima nilai-nilai dan sikap kelompok. Selain itu, identifikasi khusus untuk setiap organisasi, internalisasi dan komitmen mungkin tidak, karena beberapa organisasi dapat berbagi tujuan bersama dan nilai-nilai. Komitmen mungkin timbul karena organisasi tertentu adalah proses untuk tujuan karir seseorang.
4.      Identifikasi kelompok ini mirip dengan identifikasi dengan individu, dalam arti bahwa seseorang mendefinisikan diri kedalam hal tertentu dengan acuan sosial.
Model ini juga menyorot dua kategori kritis anteseden identifikasi. Kategori pertama melibatkan faktor-faktor dalam lingkungan eksternal yang mengangkat status yang dirasakan organisasi. Faktor-faktor seperti prestise dan komunikasi organisasi (Kuenzel & Halliday, 2008) telah terbukti dapat meningkatkan identifikasi. Kategori kedua pendahulunya merupakan pengalaman individu yang meningkatkan pengaruh positif terhadap organisasi. Faktor-faktor seperti partisipasi, keterlibatan, menerima bantuan dari pelanggan lain, pengalaman menyenangkan atau produk yang luas serupa dalam arti bahwa mereka cenderung untuk meningkatkan positif mempengaruhi terkait dengan organisasi. Ini pengaruh positif mengemukakan untuk meningkatkan identifikasi individu dengan organisasi.

2.      Anteseden dan konsekuen identifikasi alumni pada almamater
Beberapa peneliti melakukan penelitian tentang anteseden dan konsekuen dari alumni identification. Mael & Ashforth, (1992) mengatakan bahwa anteseden dari alumni identification bisa dilihat dari sisi organisasi dan individu. Dari perspektif organisasi anteseden yang mempengaruhi identifikasi organisasi adalah organizational distincveness (keunikan suatu organisasi), organizational prestige (kewibawaan suatu organisasi), dan persaingan.
Anteseden yang berasal dari individu adalah masa kerja, jangka waktu keanggotaan, number of comparable, keberadaan mentor, kepuasan dengan organisasi dan sentimentalitas atau perasaan mudah terharu pada anggota Mael & Ashforth, (1992). Sedangkan skarmeas et al (2010) mengatakan bahwa anteseden dari identifikasi alumni adalah kepuasan, kewibawaan, sentimentality dan ketergantungan kolektif. Baruch dan Sang (2002) menyebutkan bahwa keterlibatan alumni akan berpengaruh pada identifikasi alumni pada almamater. Demikian juga Newbold, Metha, Forbus, (2010) mengatakan bahwa keterlibatan berpengaruh pada identifikasi alumni pada almamaternya. Dampak identifikasi alumni pada almamater bisa diukur dari engagement atau keterikatan mereka terhadap organisasi (Smith, 2012). Pada akhirnya keterikatan pada almamater akan berpengaruh pada keinginan alumni untuk memberi dalam bentuk promosi atau partisipasi Skarmeas et al (2010).
Dalam identifikasi perguruan penelitian mengacu pada individu yang dirasakan rasa kesatuan dengan universitas (Ashforth & Mael, 1989) dan melibatkan alumni mendefinisikan diri mereka dalam universitas. Alumni dengan tingkat identifikasi universitas cenderung lebih peduli dengan kesejahteraan universitas. Dengan demikian, tingkat yang lebih tinggi identifikasi perguruan tinggi harus mengarah pada perilaku yang mendukung, mempertahankan dan mempromosikan keberhasilan universitas. Antesenden yang berasal dari factor individu:
a)      Kepuasan
Kepuasan dengan pengalaman universitas dipandang sebagai faktor penting yang dapat menyebabkan identifikasi alumni (Skarmeas et al. 2010). Alasan untuk ini adalah bahwa pengaruh positif yang berasal dari kepuasan sebagai hasil dari suatu peristiwa dan orang akan mengevaluasi kembali kuatnya identitas yang berbeda, kepuasan seseorang merasa menegaskan kembali identitas dirinya (Welborne dan Cable 1995). Perasaan positif yang menegaskan identitas penting untuk pengembangan dan pemeliharaan identitas (Arnett et al. 2003). Kami menyarankan bahwa alumni yang puas dengan pengalaman universitas mereka lebih mungkin untuk mengidentifikasi dengan universitas. Kepuasan merupakan faktor penting yang mengarah ke identifikasi organisasi (Covin et al 1996;. Mael dan Ashforth 1992). Welborne dan Cable (1995) menemukan bahwa kepuasan gaji mempengaruhi berlakunya perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan. Mereka menunjukkan bahwa pengaruh positif yang berasal dari kepuasan dengan hasil event pada orang mengevaluasi ulang kuatnya identitas yang berbeda.

Kepuasan orang merasa bahwa perusahaan merupakan identitas dirinya, yang pada gilirannya meningkatkan arti-penting identitas. McCall dan Simmons (1978) memelihara, perasaan positif yang menegaskan identitas penting untuk pengembangan dan pemeliharaan identitas. Kami menyarankan bahwa kepuasan mempengaruhi perilaku mendukung secara tidak langsung dengan meningkatkan arti penting dari identitas terkait. Artinya, alumni yang puas dengan pengalaman universitas mereka lebih cenderung untuk menempatkan identitas universitas lebih tinggi dalam hirarki mereka identitas. Drezer (2009) mengatakan bahwa kepuasan dengan pengalaman selama menjalani pembelajaran di universitas dipandang sebagai factor penting yang dapat menyebabkan identifikasi alumni pada almamaternya. Alasannya adalah bahwa ada pengalaman positif yang diturunkan dari kepuasan sebagai hasil dari suatu peristiwa dimana orang akan mengevaluasi kembali arti penting dari berbagai identitas.

b)      Sentimentalitas
Sentimentalitas mengacu pada kecenderungan untuk mempertahankan ikatan emosional dan atau nyata dengan masa lalu seseorang dan untuk mendapatkan kesenangan dari pembahasan atau mengenang masa lalu seseorang (Mael dan Ashforth 1992). Ini berbeda dari nostalgia, didasarkan pada kenyataan bahwa sentimentalitas tidak mengekspresikan preferensi atau superioritas antara situasi saat ini dan masa lalu (Mael dan Ashforth 1992). Sentimentalitas mencerminkan
perekat orientasi, sehingga alumni sentimental lebih mungkin untuk mengidentifikasi dengan universitas mereka.

c)      Keterlibatan/Involvement
Keterlibatan organisasi mahasiswa mengacu pada partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang secara aktif terlibat dalam suatu kegiatan di organisasi cenderung untuk mengidentifikasi lebih banyak dengan organisasi (Mael & Ashforth, 1992). Mahasiswa yang terlibat dalam organisasi mahasiswa lebih mungkin untuk mengembangkan identitas perguruan yang kuat, kesamaan yang dirasakan lebih besar dengan anggota lain, dan ikatan emosional lebih kuat. Keterlibatan mahasiswa secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi semua bidang yang diukur memberi dan promosi untuk universitas. Salah satu implikasi yang mungkin adalah bagi perguruan tinggi untuk tetap menjaga dan memelihara hubungan dengan alumni yang telah terlibat dalam kegiatan kampus sebagai mahasiswa. Keterlibatan dengan organisasi non-profit merupakan faktor dalam memprediksi future intention untuk menyumbangkan (Lindahl dan Winship, 1992). Hal ini mungkin karena hubungan antara keterlibatan dan identifikasi, yang dalam kasus hubungan dengan almamater dapat menjadi faktor penentu (Mael dan Ashforth, 1992).

Keterlibatan alumni telah terbukti menjadi prediktor signifikan dari memberikan donasi (Tsao dan Coll, 2005). Weerts dan Ronca (2008) juga menunjukkan bahwa terlibat alumni langsung dan tidak langsung memberikan dampak positif pada almamater mereka dengan memberikan waktu mereka dan sumber daya. Miller dan Jones (seperti dikutip dalam Fitch, 1991) membuat pernyataan yang kuat untuk ekstrakurikuler, program luar-ruang kelas, akan sejauh untuk menyatakan mereka harus dipandang sebagai elemen dasar dari kurikulum. Perguruan tinggi yang melibatkan para siswa mereka akan menemukan bahwa siswa berdampak lebih positif. Ini adalah alasan kuat untuk percaya bahwa terlibat mahasiswa pascasarjana berubah kemungkinan bergerak akan mendukung almamater.

3.      konsekuen identifikasi alumni pada almamater
Dampak identifikasi alumni pada almamaternya bisa diukur dari engagement atau keterikatan mereka terhadap organisasi (Smith, 2012). Pada akhirnya keterikatan pada almamater akan berpengaruh pada keinginan alumni untuk memberi dalam bentuk promosi atau partisipasi (Skarmeas et al., 2010). Schaufeli et al (2002) mendefinisikan engagement  sebagai “suatu hal positif yang memenuhi pikiran berkaitan dengan pekerjaan, yang dikarakteristikkan dengan vigor, dedication dan absorption”. Vigor (semangat) mengacu pada tingkat ketahanan energy dan mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam pekerjaan seseorang, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi mengacu pada rasa makna, antusiasme, kebanggaan inspirasi, dan tantangan. Penyerapan (absorbtion) mengacu pada tingkat penuh konsentrasi dan sangat asyik dalam pekerjaan seseorang, dimana seseorang merasakn waktu cepat berlalu dan memiliki kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan.

Berdasarkan model group engagement (Tyler & Blader, 2003) identifikasi organisasi secara langsung berkaitan dengan keterikatan karyawan. Model keterikatan kelompok menyatakan bahwa identifkasi social dipengaruhi kelompok individu dan perilaku usaha atas nama kelompok. Secara khusus, model ini menunjukkan bahwa individu yang sangat mengidentifikasi dengan kelompok mereka sendiri konsep diri (Tyler & Blader, 2003). Individu yang sangat mengidentifikasi dengan kelompok secara inheren tertarik pada kesejahteraan kelompok dan oleh karena itu, model ini menunjukkan mereka lebih bersedia untuk menampilkan perilaku extrarole untuk mempromosikan kesejahteraan kelompok (Blader & Tyler, 2009). Meskipun perilaku extrarole dan keterikatan karyawan yang tidak sama, keterikatan karyawan adalah investasi diri penuh satu ke dalam peran kerja seseorang (Kahn dalam Schaufeli et al., 2002). Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa keterikatan mahasiswa akan lebih cenderung untuk memberi pada almamaternya, dan bahwa keterikatan alumni adalah predictor alumni giving (Caboni, dlotfelter, Gaier, Gallo & Hubshman, Hoyt, Dalam, Radcliffe (2011)). Apakah keterikatan dalam bentuk berpartisipasi dalam kelompok social alumni, kelompok alumni yang membaca publikasi, mengunjungi kampus, menghadiri acara atau melayani dalam peran relawan formal, peneliti sepakat bahwa alumni yang terikat dengan lembaga ini cenderung memberi (Allen et al dalam Radcliffe (2011).

Selain itu, Korvas dalam Radcliffe (2011) menemukan bahwa semakin lama keterikatan berlanjut, semakin maju hubungan antara alumni dan almamater, para alumni yang lebih murah hati dari waktu ke waktu.  Hal ini menunjukkan bahwa alumni yang terikat dengan almamater adalah lebih mungkin untuk memberikan (Brittingham & Pezzullo, 1990; Coltfelter, 2003; Gallo & Hubschman, 2003; Heckman & Guskey, 1998; Hoyt, 2004). Banyak studi menunjukkan bahwa keterikatan alumni dengan almamater adalah sebuah variabel penting di alumni memberi (Brittingham & Pez Zullo, 1990; Gallo & Hubschman, 2003; Heckman & Guskey, 1998; Hoyt, 2004; McDearmon & Shirley, 2009; Sun et al., 2007; Weerts & Ronca, 2009).

Teori identitas sosial menunjukkan bahwa individu cenderung memilih kegiatan kongruen dengan menonjol aspek identitas mereka dan mendukung lembaga-lembaga yang mewujudkan identitas (Ashforth dan Mael, 1989). Hal ini menunjukkan bahwa identifikasi alumni dengan almamater mereka akan memprediksi perilaku seperti membuat kontribusi keuangan kepada almamater, menasihati keturunan dan orang lain untuk menghadiri almamater, dan berpartisipasi dalam alumni dan fungsi kelembagaan yang bersifat umum (Tompkins, 1986). Identifikasi secara positif berkaitan dengan individu "memberi" kepada organisasi. Dalam model pemberian dapat mencakup perilaku seperti donasi, promosi, atau kinerja sukarela pelanggan (Bettencourt, 1997). Mempromosikan dapat diartikan sebagai menyediakan informasi positif tentang universitas dalam situasi social (Arnett et al., 2003). Dengan demikian, alumni universitas yang mengidentifikasi kemungkinan besar untuk berkomunikasi dengan pendapat positif dan bicara tentang universitas dalam percakapan mereka dengan teman dan kenalannya.

F.     PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian mengenai hubungan faktor – faktor individu alumni dan identifikasi organisasi yang berpengaruh pada dukungan pada universitas beberapa kali pernah diteliti. Dalam tabel I ditampilkan nama peneliti; judul dan tahun penerbitan penelitian; unit analisis; hipotesis yang terkait dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini; serta hasil pengujian hipotesis tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel I
Daftar Penelitian Terdahulu Mengenai faktor – faktor individu, identifikasi organisasi dan dukungan yang diberikan untuk almamater
No.
Peneliti (tahun) dan Judul
Unit Analisis
Metode Analisis
Hipotesis
Hasil
  1.  
Mael et al., (1992)
Alumni and their alma mater: A partial test of the reformulated model of organizational identification
297 alumni northeastern di AS
Analisis regresi dan Structural Equation Model
Faktor individu berhubungan signifikan dengan OID
Didukung
  1.  
Bass et al., (2012)
University identification : A conceptual Framework


Factor individu (tahun kelulusan, kepuasan, hubungan sentimentalitas) akan berpengaruh pada identifikasi universitas
Didukung
  1.  
Mc Dearmon and Shirley (2009)
Characteristics and institutional factor related to young alumni donors abd bob-donors

2273 alumni universitas di Midwest
A multi regresión analysis
memberikan donasi untuk amal lain memiliki korelasi positif dengan
alumni muda menjadi donor untuk universitas.
Didukung
  1.  
Baruch et al., (2012)
Predicting MBA graduates’ donation behavior to their alma mater
3677 alumni
Análisis regresi
1) tingkat kepuasan signifikan dengan perlikau berdonasi;
2) keterikatan (engagement) signifikan memediasi faktor kepuasan dengan perilaku donasi
1) Didukung



2) Didukung
  1.  
Porter et al., (2001)
Books and balls: Antecedents and outcomes of college identification
110 alumi dari universitas di AS
analisis regresi
1) identifikasi berpengaruh positif pada promosi
 2) keterlibatan mahasiswa berpengaruh positif pada identifikasi universitas
1) Didukung


2) Didukung
  1.  
Arnett et al., (2003)
The Identity Salience Model of Relationship Marketing Success: The Case of Nonprofit Marketing
953 alumni dari southwestern state university
Structural Equation Model
1)Identifikasi universitas berhubungan positif dengan memberikan donasi untuk almamater/universitas
2)Identifikasi universitas berhubungan positif dengan mempromosikan universitas/almamater
1)      Didukung





2)      Didukung
  1.  
Skarmeas et al., (2010)
Determinants and consequences alumni identification. Academy Publies Of Administration Publish
400 alumni universitas
Análisis regresi
1)   Kepuasan berhubungan positif dengan identifikasi universitas
2)   Sentimentalitas berhubungan positif dengan identifikasi universitas
3)   Identifikasi berhubungan positif dengan promosi universitas
1)      Didukung



2)      Didukung


3)      Didukung


G.    KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka penelitian adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori-teori berhubungan dengan beberapa faktor yang akan diidentifikasi sebagai suatu permasalahan (Sekaran, 2003). Kerangka pemikiran menunjukkan beberapa variabel yang berbeda yang digunakan dan menggambarkan tentang bagaimana hubungan antar  variabel tersebut. Variabel independen dalam penelitian ini adalah satisfaction alumni (kepuasan alumni), sentimentalitas alumni, dan involvement (keterlibatan alumni). Sedangkan variable dependen dalam penelitian ini adalah organizational identification (identifikasi organisasi), alumni engagement (keterikatan alumni) dan juga support of the organizational dalam bentuk promosi dan financial donations. Penelitian ini menguji kembali hubungan antara faktor – faktor individu yaitu kepuasan, sentimentalitas dan involvement terhadap identifikasi organisasi yang berpengaruh pada keterikatan alumni dan dukungan yang diberikan pada organisasi yang berupa promosi dan financial donasi, penelitian ini juga menguji keterikatan alumni terhadap dukungan yang diberikan pada organisasi yang berupa promosi dan financial donasi. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti pada gambar 1.
Faktor – factor individu (kepuasan, sentimentalitas, dan involvement) memberikan pengaruh terhadap identifikasi organisasi, karena bila identitas individu dibentuk oleh keanggotaan dalam kelompok akan menumbuhkan ikatan emosional yang menurunkan perasaan senasib dan sepenanggungan antara individu dan organisasi sehingga mempengaruhi perilaku nyata yang bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu individu dan organisasi, bahkan tidak jarang diikuti dengan kerelaan berkorban demi pencapaian tujuan organisasi, karena menganggap dirinya menjadi bagian dari organisasi. Karena itu penting bagi organisasi untuk memperhatikan dan mensosialisasikan kebijakan peraturan dan visi misi organisasi, nilai – nilai dan strategi untuk membentuk sikap anggota organisasi dan memperkuat identifikasi dengan organisasinya. Meningkatkan identifikasi organisasi termasuk di institusi perguruan tinggi yang concern dengan alumninya. Alumni yang merasakan hubungan yang kuat dengan organisasinya akan merayakan keberhasilan pada pencapaian organisasi, tetapi juga akan merasakan kekhawatiran bila organisasi mempunyai kelemahan atau mendapatkan kegagalan.

 




                                                   










Gambar 1
Kerangka Pemikiran

H.    PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2004). Untuk lebih membatasi hasil penelitian, maka obyek penelitian dicantumkan dalam hipotesis penelitian. Pencantuman obyek penelitian tersebut dimungkinkan dapat lebih menjelaskan bahwa kasus yang diteliti adalah alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta dan mungkin akan berbeda jika diterapkan dalam obyek penelitian yang lain.
1.      Drezer (2009) mengatakan bahwa kepuasan dengan pengalaman selama menjalani pembelajaran di universitas dipandang sebagai faktor penting yang dapat menyebabkan identifikasi alumni pada almamaternya. Alasannya adalah bahwa ada pengalaman positif yang diturunkan dari kepuasan sebagai hasil dari suatu peristiwa dimana orang akan mengevaluasi kembali arti penting dari berbagai identitas. Kepuasan yang dirasakan oleh seseorang akan menegaskan kembali identitas dirinya (Welborne dan Kalbe 1995). Perasaan positif akan menegaskan identitas penting untuk pengembangan dan pemeliharaan identitas (Arnett et al., 2003). Maka dapat disimpulkan bahwa alumni yang puas dengan pengalaman universitas mereka lebih cenderung mengidentifikasi dengan universitas.
H1. Kepuasan dengan pengalaman di universitas berpengaruh pada identifikasi alumni dengan universitas.

2.      Sentimentalitas mengacu pada kecenderungan untuk mempertahankan ikatan emosional dan atau nyata kenangan masa lalu seseorang dan untuk mendapatkan kesenangan dari pembahasan atau mengenang masa lalu seseorang (Mael dan Ashforth 1992). Ini berbeda dari nostalgia, didasarkan pada kenyataan bahwa sentimentalitas tidak mengungkapkan preferensi atau superioritas antara situasi saat ini dan perekat orientasi, sehingga sentimentalitas alumni lebih mungkin untuk mengidentifikasi dengan universitas mereka.
H3 sentimentalitas alumni berpengaruh positif pada identifikasi alumni dengan universitas

3.      Keterlibatan organisasi mahasiswa mengacu pada partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang secara aktif terlibat dalam suatu kegiatan di organisasi cenderung mengidenifikasi lebih dengan organisasi (Mael & Ashforth, 1992). Mahasiswa yang terlibat dalam organisasi kemahasiswaan lebih mungkin untuk mengembangkan identitas perguruan yang kuat meskipun pribadi meningkat, kesamaan yang dirasakan lebih besar dengan anggota lain, dan ikatan emosional lebih kuat.
H4 keterlibatan organisasi kemahasiwaan para alumni secara positif berpengaruh pada identifikasi universitas.

4.      Schaufeli et al (2002) mendefinisikan engagement sebagai “suatu hal positif yang memenuhi pikiran berkaitan dengan pekerjaan, yang dikarakteristikkan dengan vigor, dedication dan absorption”. Vigor (semangat) mengacu pada tingkat ketahanan energi dan mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam pekerjaan seseorang, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi mengacu pada rasa makna, antusiasme, kebanggaan inspirasi, dan tantangan. Penyerapan (absorbtion) mengacu pada tingkat penuh konsentrasi dan sangat asyik dalam pekerjaan seseorang, dimana seseorang merasakan waktu cepat berlalu dan memiliki kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan.
Berdasarkan model group engagement (Tyler & Blader, 2003) identifikasi organisasi secara langsung berkaitan dengan keterikatan karyawan. Model keterikatan kelompok menyatakan bahwa identifkasi social dipengaruhi kelompok individu dan perilaku usaha atas nama kelompok. Secara khusus, model ini menunjukkan bahwa individu yang sangat mengidentifikasi dengan kelompok mereka sendiri konsep diri (Tyler & Blader, 2003). Individu yang sangat mengidentifikasi dengan kelompok secara inheren tertarik pada kesejahteraan kelompok dan oleh karena itu, model ini menunjukkan mereka lebih bersedia untuk menampilkan perilaku extrarole untuk mempromosikan kesejahteraan kelompok (Blader & Tyler, 2009). Meskipun perilaku extrarole dan keterikatan karyawan yang tidak sama, keterikatan karyawan adalah investasi diri penuh satu ke dalam peran kerja seseornag (Kahn dalam Schaufeli et al., 2002), dan oleh karena itu dapat dibilang merupakan suatu mekanisme tambahan melalui mana karyawan dapat mempromosikan keberhasilan dan kesejahteraan kelompok mereka, dan ini dapat juga diterapkan pada organisasi universitas, sehingga:
H5 identifikasi alumni pada universitas akan berpengaruh positif dengan keterikatan alumni
5.      Mempromosikan dapat diartikan sebagai menyediakan informasi positif tentang universitas dalam situasi social (Arnett et al., 2003). Dengan demikian, alumni universitas yang mengidentifikasi kemungkinan besar untuk berkomunikasi dengan pendapat positif dan bicara tentang universitas dalam percakapan mereka dengan teman dan kenalannya. Identifikasi secara positif berkaitan dengan individu "memberi" kepada organisasi. Dalam model pemberian dapat mencakup perilaku seperti donasi, promosi, atau kinerja sukarela pelanggan (Bettencourt, 1997). Karena itu, alumni yang mengidentifikasi dengan universitas tampaknya akan ikut mendukung perilaku seperti promosi dan juga memberikan donasi pada universitas
H6 identifikasi alumni universitas berpengaruh positif pada alumni untuk mendukung universitas dalam bentuk promosi dan donasi

6.      Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa mahasiswa terikat lebih cenderung untuk memberi pada almamaternya, dan bahwa keterikatan alumni adalah predictor alumni giving (Caboni, dlotfelter, Gaier, Gallo & Hubshman, Hoyt, Dalam, Radcliffe (2011)). Apakah keterikatan dalam bentuk berpartisipasi dalam kelompok social alumni, kelompok alumni yang membaca publikasi, mengunjungi kampus, menghadiri acara atau melayani dalam peran relawan formal, peneliti sepakat bahwa alumni yang terikat dengan lembaga ini cenderung memberikan (Allen et al dalam Radcliffe (2011). Selain itu, Korvas dalam Radcliffe (2011) menemukan bahwa semakin lama keterikatan berlanjut, semakin maju hubungan antara alumni dan almamater, para alumni yang lebih murah hati dari waktu ke waktu.
H7 keterikatan alumni pada universitas berpengaruh positif pada dukungan untuk universitas baik dalam bentuk promosi ataupun donasi dalam kegiatan universitas.

7.      Dalam penelitian ini juga akan diteliti pengaruh dari variable demografis seperti masa kerja, usia, pendapatan, status perkawinan, yang dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku mendukung organisasi.
I.       METODE PENELITIAN
1.      Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain survei yaitu penelitian yang hasil pengukuran sampelnya akan digeneralisasikan untuk populasinya (Wahyuni, 2003). Penelitian dengan metode survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan meminta tanggapan dari responden, baik langsung maupun tidak langsung. Kuesioner digunakan sebagai alat bantu dalam penelitian survey (Suliyanto, 2006). Informasi ini diperoleh melalui permintaan keterangan – keterangan atau jawaban dari responden. Datanya berupa jawaban – jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang diajukan, disebut juga dengan questionnaire method (Marzuki, 2000). Data tersebur diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta.
a.      Tujuan Studi
Tujuan studi penelitian ini adalah hypothesis testing (pengujian hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor individual alumni yang berpengaruh pada dukungan alumni untuk universitas melalui identifikasi organisasi.
b.      Tipe Hubungan Variabel
Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah : faktor-faktor individual alumni yaitu kepuasan, sentimentalitas, dan keterlibatan. Variabel dependennya adalah : identifikasi organisasi dan dukungan alumni untuk universitas yang berbentuk promosi dan financial donations.
c.       Lingkungan (Setting) Studi
Lingkungan setting penelitian ini adalah alumni universitas Sebelas Maret Surakarta.
d.      Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis, berdasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan, dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah tingkat individual yaitu data yang dianalisis berasal dari setiap individual alumni.
e.       Horison Waktu
Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap (one shot study) yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus dapat berupa data dari satu atau beberapa subyek penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode waktu.

2.      Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel
a.      Populasi Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek (satuan-satuan/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto & Pangestu, 2000).  Populasi adalah keseluruhan kelompok, orang, kejadian, atau hal minat yang ingin penulis investigasi (Sekaran, 2006). Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran ataupun perhitungan, kualitatif atau kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kelompok yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.      Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 2000). Sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan alumni program Strata 1 dari masing – masing fakultas di Universitas Sebelas Maret.
c.       Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 2006). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik propotional random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membagi populasi menjadi kelas – kelas atau sub populasi yang kemudian setiap sub populasi diambil sampelnya secara random. Dalam teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan membagi populasi menjadi kelas – kelas yaitu membagi populasi alumni ke dalam dua bagian yaitu angkatan sebelum tahun 2000 dan angkatan sesudah tahun 2000 yang kemudian diambil sampelnya secara random.

3.      Pengukuran Variabel
Ø  Identifikasi organisasi sebagai variabel dependen itu diukur dengan menggunakan enam item pertanyaan yang diadaptasi dari Meal dan Ashforth (1992).
Ø  Kepuasan dari mahasiswa pengalaman menggunakan empat item yang diadaptasi dari Westbrook dan Oliver (1981).
Ø  Sentimentalitas diukur menggunakan tujuh item yang diadaptasi dari Mael dan Ashforth (1992).
Ø  Keterlibatan alumni diukur melalui lima item pertanyaan yang diadaptasi dari Weert dan Ronca (2007).
Ø  Keterikatan alumni diukur melalui enam item yang diadaptasi dari Keith D. Barber (2012).
Ø  Mempromosikan diukur menggunakan tiga item yang diadaptasi dari arnett et al. (2003).

4.      Jenis Data
a.      Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada alumni universitas sebelas maret Surakarta dan diisi oleh responden.
b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data atau informasi yang dikumpulkan orang atau pihak lain yang digunakan peneliti untuk penelitiannya (Sekaran, 2000). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif obyek penelitian yang meliputi sejarah berdirinya perusahaan, gambaran umum  universitas, struktur organisasi, jumlah mahasiswa dan visi misi perguruan tinggi.

5.      Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara yaitu sebagai berikut :
a.      Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas (Sekaran, 2006). Desain kuesioner penelitian ini adalah kombinasi antara kuesioner terbuka dan tertutup. Jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat tertutup, maksudnya alternatif jawaban atas pertanyaan tersebut telah disediakan dan responden tidak diberi kesempatan menjawab yang lain di luar jawaban yang telah disediakan. Dan pertanyaan bersifat terbuka maksudnya jawaban atas pertanyaan tersebut telah disediakan dan responden diberi kesempatan menjawab yang lain diluar jawaban yang telah disediakan.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dengan dasar pertimbangan bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan responden kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi responden tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti
Pertimbangan lainya adalah sehubungan dengan kesibukan responden yang akan diteliti sehingga peneliti berusaha memberikan kemudahan dengan tidak menyita banyak waktu responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kuesioner. Dan desain kuesioner adalah kombinasi antara kuesioner terbuka dan tertutup.

b.      Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi  dan non publikasi yang diperoleh dari sumber sekunder (Sekaran, 2006). Metode ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada variabel penting di masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah yang terlewatkan (Sekaran, 2006). Peneliti menggunakan metode ini dengan membaca literatur-literatur yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

6.      Metode Analisis Data
a.      Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui seberapa tepat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran mengenai sasarannya (Sekaran, 2003). Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2007). Uji validitas dalam penelitian ini dijalankan dengan Confirmatory factor analysis (CFA) yang dilakukan peneliti terhadap konstruk dalam penelitian ini secara terpisah dengan bantuan program Amos 5.0. Menurut Ferdinand (2002),  factor loading lebih besar ± 0.30 dianggap memenuhi level minimal, factor loading ± 0.40 dianggap lebih baik dan sesuai dengan rules of thumb yang dipakai para peneliti, dan factor loading ³ 0.50 dianggap signifikan. Jadi semakin besar nilai absolut factor loading, semakin penting loading tersebut menginterpretasikan konstruknya.
b.      Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1996). Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan apakah suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2000). Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini dilakukan dengan item-to-total correlation dan Cronbach’s Alpha dengan bantuan program komputer SPSS 16.0. Dalam penelitian ini reliabilitas dilakukan dengan metode one shot, dimana pengukuran hanya sekali dilakukan dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban. Dalam pengukurannya, one shot akan dilakukan dengan analisis Cronbach’s Alpha. Triton, P.B (2005) mengklasifikasi nilai cronbach’s alpha, sebagai berikut :
a)      Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,00 - 0,20 dikategorikan kurang reliabel.
b)      Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,21 - 0,40 dikategorikan agak reliabel.
c)      Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,41 - 0,60 dikategorikan cukup  reliabel.
d)     Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,61 - 0,80 dikategorikan reliabel.
e)      Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,81 - 1,00 dikategorikan sangat reliabel.

c.       Analisis Structrual Equation Modelling (SEM)
Model SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistical yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian secara simultan (Hair et al., dalam Ferdinand, 2002). Hubungan tersebut dapat dibangun antara satu atau beberapa variable dependen dengan satu atau beberapa variable independen. Analisis dengan menggunakan SEM harus memenuhi beberapa asumsi berikut :
a.  Normalitas data
          Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et al., dalam Ghozali & Fuad, 2005). Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias.
          Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas univariat dan multivariate dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Caranya menentukan normalitas data adalah dengan membandingkan nilai Critical ratio skewness dan kurtosis dengan nilai kritis pada tingkat signifikansi tertentu. Rules of thumb yang digunakan adalah bila nilai Critical ratio skewness dan kurtosis  lebih dari  ± 2.58 pada level 0.01 berarti distribusi data tidak normal. Dalam output Amos 5.0, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai  C .r dengan nilai kritis ± 2.58 pada level 0.01. Jika terdapat  nilai C. r yang lebih besar dari nilai kritis maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2002).
b.    Uji outliers
          Uji outliers adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Outliers merupakan hasil-hasil observasi yang menunjukkan nilai-nilai ekstrim dalam distribusinya (Ghozali, 2004). Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al., dalam Ferdinand, 2002). Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002). Evaluasi outliers ini dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 5.0.
          Terdapat dua pendapat yang menyatakan alasan mengapa outliers harus dibuang atau tidak. Kalau peneliti memilih untuk tidak membuang data yang terjadi outliers, hal itu dikarenakan peneliti memilih untuk menampilkan data yang benar-benar merepresentasikan data populasi. Pertimbangannya adalah observasi yang termasuk dalam outliers tersebut merupakan representasi dari segmen tertentu dalam populasi sehingga harus dipertahankan karena menyangkut kemampuan generalisasi hasil penelitian ke seluruh populasi. Sedangkan alasan mengapa outliers sebaiknya dibuang adalah kekhawatiran nantinya outliers tersebut akan berakibat pada penyimpangan hasil penelitian.
c.  Multikolinearitas
            Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat melalui matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (di atas 0,9), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 5.0.
                  
              SEM memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya. Tujuan pertama adalah untuk menentukan apakah model tersebut fit berdasarkan data yang dimiliki. Sedangkan tujuan kedua adalah menguji berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya (Ghozali, 2005). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian model struktural dengan pendekatan SEM, yaitu indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model yang diringkas sebagai berikut:
Goodness-of-fit Indices
Cut-off Value
Chi-square ()
Diharapkan kecil
Significance Probability (p)
CMIN/DF
GFI
AGFI
TLI
CFI
RMSEA
                           Sumber: Ferdinand (2002), Ghozali (2004)






Kedua, analisis Koefisien jalur digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel yang satu dangan variabel lainnya tiap jalur (Ferdinand, 2002). Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model. Kriteria bahwa jalur yang dianalisis signifikan adalah apabila memiliki nilai C.R  nilai t tabel. Pedoman umum nilai t tabel untuk dengan level signifikasi 5% adalah + 1,96 (Jogiyanto, 2004). Dalam penelitian ini pengujian hipotesis didasarkan pada nilai CR pada regression weight dari output SEM. Level significance pengujian hipotesis didasarkan pada cut value berikut:
No
Level signifikansi
Cut-off value
1.  
1%
>2.56
2.  
5%
>1.96
3.  
10%
>1.64


J.      DAFTAR PUSTAKA
Arnett, D.B., German, D.S., and Hunt, D.S. (2003), “The identity salience model of relationship marketing success: The case of non-profit marketing,” Journal of Marketing, 67 (2), 89-105.

Ashforth, B. E., & Mael, F. (1989). Social identity theory and the organization. Academy of Management  Review, 14, 20–39.

Barber, K. D. (2012) A Study of Alumni Engagement and Satisfaction as Related to Alumni Volunteerism and Philanthropy. A Dissertation submitted to the Graduate School Valdosta State University

Barber, K. D. (2012 A Study of Factors Which Influence the Lifecycle of Alumni Satisfaction and Engagement. A Dissertation submitted to the Graduate School Valdosta State University

Baruch  Yehuda and Sang Katherine J.C. (2012), Predicting MBA graduates’ donation behaviour to their alma mater Journal of Management Development Vol. 31 No. 8, 2012 pp. 808-825.

Bhattacharya, C.B., Rao H., and Glynn, M.A. (1995), “Understanding the bond of Identification: An investigation of its correlates among art museum members,” Journal of Marketing, 59 (4), 46-57.

Dholakia, U.M., Blazevic, V., Wiertz, C., and Algesheimer, R. (2009), “How customers benefit from participation in firm-hosted virtual P3 communities,”  Journal of Service Research, 12 (2), 208-226.
Drezner Noah D (2009) Why give?: Exploring social exchange and organization identifi cation theories in the promotion of philanthropic behaviors of African-American, International Journal of Educational Advancement Vol. 9,3, 147–165

Ferdinand, A. 2000. Structural Equation Modelling Dalam Penelitian, Semarang: BP Undip Modern, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gozali, I. dan Fuad 2005. Structural Equation Modeling: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.54. Semarang: BP Undip Modern, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jogiyanto, H.M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE

Kotler, Philip (1972), "A Generic Concept of Marketing," Journal of Marketing, 36 (2), 49-56.

Mael, F., & Ashforth, B. E. (1992). Alumni and their alma mater: A partial test of the reformulated model of organizational identification.  Journal of Organizational Behavior, 13, 103–123.

Marzuki. 2000. Metedologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII Yogyakarta.

Newbold John J. , Mehta Sanjay S., Forbus Patricia R. (2010) Examining Student Identification With The Alumni Organization At A 4-Year Commuter Campus, Contemporary Issues In Education Research

Puusa Anu (2006) Conducting Research on Organizational IdentityEJBO Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies Vol. 11, No. 2

Radcliffe, Shelby, (2011) "A Study of Alumni Engagement and Its Relationship to Giving Behaviors"  Master’s Theses. Paper 2, Bucknell University Bucknell Digital Commons

Schaufeli., et al., (2002). The measurement of Engagement and Burnout: A two Sample Confirmatory Factor Analytic Approach. Journal of Happiness Study, 3, 71-92.

Sekaran, U. 2000. Research Method For Business. 3  edition. New York: John Willey & Sons Inc.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Penerbit Salemba Empat.

Skarmeas Dionysis, Shabeer Haseeb, Hultman Magnus, Baltas George, (2010), Determinants and consequences alumni identification. Academy Publies Of Administration Publish

Smith, L. Christine. (2012). The perception of organizational prestige and  Employee engagement. Department of Psychology.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Jogyakarta: Andi

Tyler, T. R., & Blader, S. L. (2003). The group engagement model: Procedural justice, social identity, and cooperative behavior. Personality and Social Psychology Review, 7, 349-361.

Weerts, D. J., & Ronca, J. M. (2008). Characteristics of alumni donors who volunteer at their alma mater. Research in Higher Education, 49, 274-292.

Welbourne, T.M. and Cable, D.M. (1995), “Group incentives and pay satisfaction: Understanding, the relationship through an identity theory perspective,” Human Relations, 48 (6), 1-26.