Suatu budaya dalam organisasi haruslah berubah.
Berikut ini adalah alasan mengapa budaya organisasi harus berubah :
a. Perubahan
dalam budaya organisasi mutlak untuk dilakukan.
Siapapun
yang masih mempertahankan cara-cara lama dengan tidak mau berkembang untuk
memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan jaman, maka ia tidak akan bisa
bertahan.
Sebagai contoh adalah perusahaan
Kodak dimana pernah merajai dunia kamera selama kurun waktu 131 tahun. 131
tahun bukanlah suatu yang singkat, tapi di saat jaman mulai berubah dengan
munculnya tekhnologi kamera digital, Kodak tetap mempertahankan produksi kamera
analognya yang lama dan tidak mau merubah budayanya untuk mendengarkan masukan
dari karyawan-karyawannya, maka akhirnya perusahaan raksasa Kodak terpaksa
untuk bangkrut di usianya yang telah mencapai 131 tahun karena tidak mau
merubah budaya organisasinya yang bersifat otoriter (keputusan dan pemikiran
utama dari manajemen puncak saja). Melalui contoh yang kami jabarkan, maka
dapat dilihat bahwa budaya organisasi harus berubah sesuai dengan tuntutan
jaman jika suatu perusahaan ingin terus bertahan.
b. Perubahan
dalam budaya organisasi membawa pembaharuan
Dengan
mengubah diri sendiri/organisasi, maka kita tidak akan terasing dari dunia luar
sehingga dapat membawa pembaharuan.
Sebagai contoh adalah perusahaan
Nokia yang sempat berhasil merajai pangsa pasar handphone dari tahun 2000
sampai dengan 2010. Munculnya pesaing-pesaing baru yang membawa tekhnologi yang
lebih canggih seperti Samsung dengan androidnya, apple, dan juga blackberry
membuat pangsa pasar dari Nokia menurun drastic dan perusahaan tersebut hampir
koleps karena dirasa tekhnologi mereka tertinggal dibanding dengan pesaingnya.
Akhirnya para petinggi Nokia sepakat untuk mengubah budaya organisasinya yang
berpikiran bahwa OS Simbian milik Nokia adalah yang terbaik dan tercanggih,
mereka mau merubah pemikiran bahwa tekhnologi mereka ternyata telah tertinggal,
tidak terlalu berfokus pada kepercayaan diri yang berlebihan, dan akhirnya
mereka menggandeng Microsoft sebagai OS terbaru mereka. Contoh tersebut
menunjukkan bahwa jika suatu budaya organisasi mau diubah, maka dapat membawa
pembaharuan bagi suatu perusahaan.
c.
Perubahan dalam budaya organisasi
memberikan harapan
Siapapun yang
menjanjikan perubahan tentu memberikan harapan, akan tetapi semuanya belum
tentu mampu mengendalikan perubahan itu sendiri.
Sebagai
contoh adalah salah satu website yang paling berpengaruh yaitu Google. Dimana
Google berharap dengan mengubah budaya organisasinya yang sebelumnya hanya
berpusat pada negara-negara di Eropa dan Amerika saja merubah paradigmanya
untuk juga memperhitungkan negara-negara di benua Asia, Google berharap dengan
melakukan perubahan (perubahan paradigm mengenai benua Asia) maka perusahaan
Google akan memperoleh simpatik lebih dari penanam saham di benua Asia, dalam
hal ini adalah negara Cina, dimana Google melakukan perubahan dengan mendirikan
anak perusahaannya di negara Cina. Setelah mendirikan anak perusahaan di Cina,
akhirnya harga saham Google terus meningkat. Tetapi ternyata hal-hal sebagai
faktor eksternal tidak mampu untuk mengendalikan perubahan sendiri, dimana
akhirnya ada berbagai faktor yang mengharuskan Google hengkang dari Cina dan
menyebabkan harga saham Google turun sebanyak 5,2%.
Perubahan pada dasarnya melakukan segala sesuatu
secara berbeda. Jeff Davidson menjelaskan bahwa;
a.
Perubahan merujuk pada sebuah terjadinya
sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya.
b. Perubahan
bisa juga bermakna melakukan hal-hal dengan cara baru, mengikuti jalur baru,
mengadopsi tekhnologi baru, memasang sistem baru, mengikuti prosedur-prosedur
manajemen baru, penggabungan (merging),
melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa yang bersifat mengganggu yang
sangat signifikan.
Rumusan perubahan yang diungkapkan oleh Davidson
tersebut, menunjukkan bahwa perubahan organisasi bisa terjadi di berbagai aspek
kehidupan organisasi.
Potts dan LaMarsh melihat bahwa
perubahan:
a.
Merupakan pergeseran dari keadaan
sekarang suatu organisasi menuju keadaan yang diinginkan di masa depan.
b.
Perubahan dari keadaan sekarang tersebut
dilihat dari sudut struktur, proses, orang dan budaya.
c. Perubahan
dibatasi pada aspek struktur organisasi, proses, orang dan budaya organisasi.
Atkiston (1987) dan Brooten (1978)
menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan atau proses yang membuat
sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses
yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau instuisi. Ada empat
tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,
individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang
kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan
akan dapat berguna.
Kurt Lewin
dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang
pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan
secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan penekanan.
Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap,
kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan
penolakan (resistences) untuk
berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences
to change.
Langkah-langkah yang dapat diambil
untuk mengelola perubahan, yaitu:
a.
Unfreezing
Merupakan
suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah,
atau upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-tekanan dari kelompok penentang dan
pendukung perubahan. Status quo
dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang berlangsung (status quo) diguncang sehingga orang merasa kurang nyaman.
b.
Changing/movement
Merupakan
langkah tindakan, baik memperkuat driving
forces maupun memperlemah resistances.
Secara bertahap (step by step)
tapi pasti, perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan berkurang dan
jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapainya, hasil-hasil perubahan harus
segera dirasakan.
c. Refreezing
Membawa kembali
kelompok kepada keseimbanganan yang baru (a
new dynamic equilibrium). Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai,
stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara
pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Jika berhasil maka jumlah penentang
akan sangat berkurang, sedangkan jumlah pendukung makin bertambah.
Berikut adalah fase transisi menuju
perubahan:
a.
Shock
Merupakan
rasa keterkejutan, di beberapa kasus bahkan menyebabkan panic dan tidak dapat
berbuat apapun. Disebabkan oleh ketidakcocokan antara harapan dan kenyataan.
b.
Denial
atau
penyangkalan
Terjadi
saat orang sebenarnya tahu bahwa perubahan itu penting tetapi mereka masih
melakukan penyangkalan akan hal itu, dan melakukan tindakan withdrawal atau pengunduran diri
sementara dari proses menuju perubahan. Di fase ini orang merasa masih memiliki
kemampuan untuk menghadang perubahan.
c.
Awareness
Terjadi
saat orang sudah tahu bahwa perubahan itu penting dan sudah merasa bahwa
tindakan penghadangan perubahan adalah sia-sia.
d.
Acceptance
of reality
Akhirnya
orang bersedia untuk melupakan masa lalu dan mulai nyaman terhadap proses
perubahan.
e.
Experimentation
Yaitu
mencoba-coba pendekatan-pendekatan dan kemampuan baru. Merupakan fase berlatih,
mencoba melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Mulai
mendapatkan umpan balik yaitu keberhasilan atau kegagalan.
f.
Search
for meaning
Memahami
arti dari keberhasilan atau kegagalan yang didapat dari proses sebelumnya.
Selanjutnya model dan teori-teori baru diciptakan berdasarkan representasi
hasil umpan balik.
g.
Integration
Mempraktekan
kemampuan dan perilaku yang baru berdasarkan model dan teori yang baru diciptakan.
Pada dasarnya
perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat
perilaku tersebut terjadi daripada melihat kepribadian individu yang
melakukannya. Sifat structural seperti sentralisasi, formalisasi, dan
stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan dibandingkan
kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi.
Lippit (1958)
mencoba mengembangkan teori yang disampaikan oleh Lewin dan menjabarkannya
dalam tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana. Terdapat lima
tahap perubahan yang disampaikan olehnya, tiga tahap merupakan ide dasar dari
Lewin. Tahap-tahap perubahan menurutnya adalah sebagai berikut:
a. Tahap
inisiasi keinginan untuk berubah.
b. Penyusunan
perubahan pola relasi yang ada.
c. Melaksanakan
perubahan.
d. Perumusan
dan stabilisasi perubahan.
e. Pencapaian
kondisi akhir yang dicita-citakan.
Konsep pokok
yang disampaikan oleh Lippit diturunkan dari Lewin tentang perubahan sosial
dalam mekanisme interaksional. Perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan
terhadap kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan
tekanan (driving forces) akan
berhadapan dengan penolakan (resistances)
untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan
melemahkan resistances to change. Peran agen perubahan menjadi sangat penting
dalam memberikan kekuatan driving force.
Perubahan terdiri dari 3 tipe yang
berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi manajemen perubahan yang
berbeda pula. Tiga macam perubahan tersebut adalah:
a.
Perubahan rutin, dimana telah
direncanakan dan dibangun melalui proses organiasasi.
b.
Perubahan peningkatan, yang mencakup
keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi.
c.
Perubahan inovatif, yang mencakup cara
bagaimana organisasi memberikan pelayanannya.
Terdapat dua faktor kunci yang
memperngaruhi keberhasilan proses perubahan, yakni:
a.
Karakteristik organisasi
Karakteristik
organisasi artinya adalah sejauh mana kesiapan organisasi itu untuk
melaksasnakan proses perubahan. Dalam hal ini kesiapan organisasi ditentukan
oleh:
·
Kesesuaian
Artinya
menunjukkan sejauh mana sebuah proses perubahan bersifat fit dengan strategi dan struktur organisasi, lingkungan yang ada,
dan dinamika bisnis yang berlangsung. Semakin fit maka semakin baik.
·
Level dan dampak perubahan
Menunjukkan
sejauh mana level atau derajat perubahan dalam lingkungan organisasi dan
tekhnologi. Semakin tinggi derajat perubahan, semakin kompleks proses
pelaksanaan perubahan.
·
Faktor serikat pekerja
Merujuk
pada kenyataan bahwa pelaksanaan perubahan mungkin lebih sulit dalam organisasi
yang memiliki serikat pekerja yang kuat, terutama jika perubahan itu
mempengaruhi masalah kontrak, seperti gaji, desain pekerjaan, dan fleksibilitas
karyawan.
b.
Karakteristik dari perubahan itu sendiri
Terdapat
beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan karakteristik
proses perubahan, yakni:
·
Spesifikasi tujuan
Menunjukkan
sedetil apa tujuan perubahan telah didefinisikan, apakah sudah cukup detil atau
masih terlalu luas.
·
Program
Hal
ini melibatkan tingkatan dimana perubahan dapat deprogram atau tingkatan dimana
karakteristik perubahan yang berbeda dapat dipetakan dengan jelas guna
memungkinkan adanya sosialisasi, komitmen, dan alokasi penghargaan.
·
Target perubahan
Menunjukkan
target perubahan, apakah merupakan organisasi secara total atau hanya
departemen atau kelompok kerja yang kecil.
·
Dukungan internal
Merujuk
pada sejauh mana terdapat dukungan internal bagi proses perubahan.
·
Sponsor
Merujuk pada
keberadaan sponsor, apakah terdapat dukungan dari top manajemen untuk memulai dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung proses
perubahan.
trimakasih...
BalasHapusterimakasih sangat membantu
BalasHapus