Minggu, 21 Juli 2013

THE ORGANIZATIONAL CONTEXT (international human resource management)

PENDAHULUAN
Praktek, kebijakan, dan proses sumber daya manusia tertanam dalam konteks strategis, struktural, dan teknologi dari MNE. "Warisan administrasi" ini sangat penting bagi perusahaan-perusahaan global sebagai organisasi internasional yang akan beroperasi di berbagai lingkungan yang kompetitif, dan entah bagaimana harus menyeimbangkan konteks sosial, politik, dan ekonomi yang beragam dengan syarat tidak terlepas dari organztional home context. Pada bab 1, kita mempelajari lingkungan global di mana perusahaan bersaing secara umum. Dalam bab ini, kita berfokus pada respon internal perusahaan yang  berusaha untuk menghadapi tantangan lingkungan global. Gambar berikut ini menunjukkan unsur-unsur utama yang dihadapi perusahaan sebagai akibat dari pertumbuhan internasional bahwa tempat menuntut pada manajemen.

Gambar 1
         
Berbagai elemen dalam gambar 1 tersebut tidaklah berdiri sendiri. Misalnya, penyebaran geografis mempengaruhi ukuran perusahaan, menciptakan tekanan pada mekanisme kontrol, dan  yang pada gilirannya, akan mempengaruhi perubahan struktural. Pertumbuhan (ukuran perusahaan) akan mempengaruhi aliran dan volume informasi, yang dapat memperkuat respon kontrol (seperti apa fungsi, sistem dan proses yang seharusnya untuk sentralisasi dan desentralisasi). Seperti yang akan kita bahas dalam bab 3, modus operasi yang terlibat (seperti joint venture internasional atau merger dan akuisisi) akan mempengaruhi laju penyebaran geografis. Penyebaran geografis akan melibatkan pertemuan yang lebih intens dengan budaya nasional dan bahasa, sehingga mempengaruhi aliran dan volume informasi. Tuntutan negara tuan rumah dapat mempengaruhi komposisi angkatan kerja.


JALAN UNTUK MENUJU STATUS GLOBAL
Sebagian besar perusahaan melewati beberapa tahap perkembangan organisasi dalam pertumbuhannya. Ketika mereka melewati tahap-tahap evolusi, struktur organisasi mereka biasanya berubah karena:
1.      Ketegangan yang muncul karena pengaruh dari pertumbuhan dan penyebaran geografis
2.      Kebutuhan untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol seluruh unit bisnis
3.      Kendala yang diakibatkan oleh peraturan host-country tentang kepemilikan dan ekuitas

Multinasional tidaklah lahir dalam waktu semalam, evolusi dari lingkup domestik menuju organisasi yang benar-benar global terkadang melibatkan proses yang panjang dan berliku, serta melibatkan langkah yang banyak dan beragam. Meskipun penelitian mengenai internasionalisasi telah mengungkapkan sebuah proses yang bersifat umum, namun  harus ditekankan bahwa proses ini tidak persis sama untuk perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Beberapa perusahaan dapat menggunakan mode operasi lain seperti perizinan dan subkontrak, atau cara yang lainnya.
Beberapa perusahaan melalui proses yang cukup cepat dengan langkah singkat, namun juga ada perusahaan lain yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang. Misalnya, ada perusahaan yang mempercepat proses melalui akuisisi. Tidak semua perusahaan melalui proses yang seharusnya dalam proses internasionalisasi, beberapa perusahaan didukung oleh factor eksternal, seperti peraturan pemerintah, ataupun tawaran untuk membeli perusahaan lain.
Dengan kata lain, jumlah langkah, tahap atau proses yang harus dilalui oleh perusahaan untuk menuju status multinasional sangatlah bervariasi. Namun, konsep proses evolusi berguna dalam mengilustrasikan penyesuaian yang diperlukan oleh sebuah organisasi untuk dapat menjadi perusahaan multinasional.  

EKSPOR
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional. Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya.
Ekspor biasanya merupakan tahap awal bagi perusahaan manufaktur dalam memasuki operasi internasional. Namun hal ini cukup sulit untuk diterapkan pada perusahaan jasa, sehingga mereka dipaksa untuk membuat langkah awal menuju operasi internasional dengan melakukan investasi langsung (melalui pembukaan kantor cabang maupun join venture).
Kegiatan ekspor sering kali ditangani oleh pihak perantara (missal, agen atau distributor asing), karena pengetahuan mengenai pasar local dinilai sangat penting dalam hal ini. Manajer ekspor dapat ditunjuk untuk mengontrol penjualan asing dan harus aktif mencari pasar baru. Untuk posisi manajer ekspor, biasanya dipegang oleh orang-orang dari pasar domestic.
Pertumbuhan lebih lanjut dalam kegiatan ekpor dapat menyebabkan dibentuknya departemen pasar ekpor pada tingkat yang sama dengan departemen penjualan domestic. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan juga akan lebih berkomitmen pada penjualan asing atau ekspor. Pada tahap ekspor, peran departemen SDM masih belum terlihat jelas, seperti ditunjukkan oleh panah putus-putus antara kedua bidang fungsional. Adanya kekurangan bukti empiris mengenai keterlibatan peran SDM pada tahapan awal internasionalisasi, meskipun tetap ada kegiatan sumber daya manusia yang terlibat (seperti pemilihan staff ekspor atau mungkin pemilihan staf lembaga asing). Selain itu, ada kemungkinan keterlibatan departemen sumber daya manusia dalam kaitannya dengan pengembangan kebijakan dan prosedur seputar aspek SDM pada kegiatan awal perusahaan dalam tahap internasionalisasi.

PENJUALAN SUBSIDIARY
Sebagai perusahaan yang selalu berusaha mengembangkan keahlian di pasar luar negeri, sering kali perusahaan menggantikan peran agen dan distributor dengan melakukan penjualan langsung melalui pembentukan anak perusahaan atau kantor cabang di negara-negara lain di pasar multinasional. Hal ini dapat memberikan control yang lebih pesar bagi perusahaan untuk mengelola perusahaan, dan meningkatkan kepercayaan, serta meminimalisir atau bahkan menghilangkan maslah yang muncul dari agen atau distributor asing.
Pada tahap ini, mungkin departemen SDM sudah mulai aktif terlibat dalam asperk personil operasi. Departemen SDM akan melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan penggunaan tenaga kerja asing dengan mempertimbangkan banyak factor. Factor tersebut antara lain perbedaan bahasa, penegtahuan tentang pasar luar negri, kepahaman mengenai kebutuhan perusahaan induk, koordinasi dengan staff di anak perusahan, dan lain sebagainya. Jika ingin mempertahankan control langsung dan mencerminkan sikap etnosentrisme, departemen SDM bisa menempatkan PCN  pada anak perusahaan untuk memegang posisi kunci. Keputusan-keputusan yang harus diambil oleh departemen SDM terkait aspek tenaga kerja di anak perusahaan, menunjukkan bahwa departemen SDM mulai berperan aktif dalam proses internasionalisasi perusahaan.

INTERNATIONAL DIVISION
Setelah membuat keputusan untuk memproduksi di luar negeri, perusahaan kemudian membuat produk atau jasa sendiri di Negara yang bersangkutan, yang akan terjadi pembentukan divisi internasional dari semua kegiatan internasional yang telah dikelompokkan. Dengan adanya penyebaran kegiatan berskala internasional, biasanya perusahaan menetapkan apa yang disebut "replika miniatur", sebagai anak perusahaan asing yang dibentuk untuk mencerminkan induk organisasi (PCN). Para manajer dari anak perusahaan melaporkan kepada kepala divisi internasional, dan ada beberapa laporan informal yang langsung berikan ke berbagai kepala fungsional.
Pada bagan mungkin terdapat kontak antara manajer anak perusahaan di 2 negara, dan manajer SDM di perusahaan HQ, mengenai masalah staf. Banyak perusahaan pada tahap internasionalisasi khawatir tentang pengawasan kendali dari anak perusahaan yang baru didirikan, dan kemudian akan menempatkan PCN di semua posisi penting di anak perusahaan. Namun, beberapa perusahaan memutuskan bahwa pekerja lokal memerlukan penanganan lokal dan menempatkan HCN yang bertanggung jawab atas fungsi SDM anak perusahaan, sehingga membuat pengecualian secara menyeluruh dengan pendekatan etnosentris.













Menempatkan HCN di beberapa posisi penting, termasuk HRM, baik untuk mematuhi perintah pemerintah tuan rumah atau untuk menekankan orientasi lokal dari anak perusahaan. Peran staf SDM perusahaan berkaitan dengan manajemen ekspatriat. Pucik menunjukkan bahwa, pada awalnya HRM perusahaan mempunyai kegiatan terbatas pada mengawasi pemilihan staf untuk divisi internasional yang baru dan manajer ekspatriat melakukan peran utama dalam 'mengidentifikasi karyawan yang dapat menjalankan operasi sehari-hari dari anak perusahaan asing, mengawasi transfer manajerial dan secara teknis tahu - bagaimana mengkomunikasikan kebijakan perusahaan, dan tetap memberi informasi pada HQ perusahaan '.

GLOBAL PRODUCT/ AREA DIVISION
Seiring waktu, perusahaan bergerak dari tahap produksi di HCN  ke fase pertumbuhan melalui produk atau jasa, standarisasi dan difersifikasi. Ketegangan akan muncul diantara perusahaan HQ dengan anak perusahaan yang ada di HCN, berkaitan tentang aliran kebutuhan respon berskala nasional di anak perusahaan dan kewajiban pengintegrasian/ kesamaan global oleh HQ (PCN).
Permintaan untuk kebutuhan respon berskala nasional di unit HCN berkembang karena faktor seperti perbedaan struktur pasar, saluran distribusi, kebutuhan pelanggan, budaya lokal dan tekanan dari pemerintah HCN. Kebutuhan untuk penyatuan secara global oleh HQ datang dari pelanggan yang berskala multinasional, pesaing berskala global, dan meningkatnya informasi & teknologi. Hasil dari berbagai kekuatan untuk berubah, membuat perusahaan menghadapi 2 permasalahan:
  • Sejauh mana keputusan dibuat di HQ PCN atau di anak perusahaan HCN (sentralisasi atau desentralisasi)
  • Tipe control yang diberikan oleh PCN terdapat unit HCN.
Respon structural, pada tahap internasionalisasi, dapat berupa perubahan struktur produk/jasa secara global (jika pengembangan strategi meliputi difersifikasi produk atau jasa) atau struktur berbasis wilayah (jika pengembangan strategi pertumbuhan meliputi ekspansi geografis). Sebagai bagian dari proses mengakomodasi masalah dari anak perusahaan atau HCN dengan melalui desentralisasi, atau MNE yang berusaha untuk beradaptasi dengan kegiatan HRM dengan kebutuhan spesifik dari HCN  masing-masing.
Sebagai MNE yang tumbuh dan dengan kecenderungan mempercepat pencapaian tujuan, hal ini MNE semakin dihadapkan pada  paradoks 'perfikir global, bertindak lokal'. Lingkungan internasional yang semakin kompleks – dikategorikan sebagai pesaing global, pelanggan global, produk universal, perubahan teknologi yang cepat dan pabrik berskala global - mendorong MNE menuju integrasi global dan di saat yang sama pemerintah setempat dan para pemangku kepentingan lainnya (seperti pengguna, pemasok dan pekerja ) untuk mendorong respon lokal.
Untuk memfasilitasi tantangan guna memenuhi tuntutan yang saling bertentangan, MNE biasanya perlu mempertimbangkan struktur yang lebih tepat, dan pilihan yang kenampakannya baik adalah: matriks, struktur campuran, hirarki, transnasional, atau jaringan multinasional.

                                                  
MATRIX
Dalam struktur matriks, perusahaan multinasional berupaya untuk mengintegrasikan operasionalnya di lebih dari satu dimensi. Matriks dianggap membawa sistem manajemen ke dalam sebuah filosofi pencocokan struktur ke dalam proses pengambilan keputusan. Penelitian tentang struktur matriks mengindikasikan bahwa matrix “terus menjadi salah satunya struktur organisasi yang cocok dengan strategi “mengejar keberlangsungan dari bentuk bisnis yang beragam”, yang masing-masing diberikan prioritas yang sama. Struktur ini berhasil juga dikarenakan timing yang sesuai dengan situasi.
Perusahan-perusahaan yang telah mengadopsi struktur matriks telah mencapai keberhasilan yang beragam, hal ini dikarenakan struktur matrix merupakan bentuk struktur yang mahal sehingga membutuhkan implementasi yang hati-hati dan komitmen pada bagian top manajer. Manajer area bertanggung jawab atas kinerja dari semua produk dalam berbagai negara yang meliputi wilayah mereka, sementara manajer produk bertanggung jawab untuk penjualan produk di seluruh area wilayah.
Sebagai contoh, Manajer produk "A" mungkin khawatir dengan penjualan produk “A” di Eropa, Amerika dan di wilayah Asia-Pasifik. Manajer produk biasanya melapor ke Wakil Presiden Produk Global untuk hal-hal yang berkaitan dengan produk, dan ke lain Wakil Presiden yang bertanggung jawab untuk hal-hal geografis, yang mana ada garis pelaporan yang sama/ganda untuk staf fungsional, termasuk staf HR.
Bartlett dan Ghoshal komentar bahwa dalam prakteknya, khususnya dalam konteks internasional, matriks telah terbukti berhasil tetapi tidak dapat di manage/dikelola.
Mereka mengisolasi empat faktor:
    • Pelaporan ganda, yang mengarah ke konflik dan kebingungan.
    • Menjamurnya saluran komunikasi yang menciptakan informasi yang membingungkan.
    • Tumpang tindih tanggung jawab, yang menghasilkan kebingungan di tingkat bawah dan hilangnya akuntabilitas.
    • Hambatan jarak, waktu, bahasa, dan budaya yang sering membuat manajer sangat sulit untuk menyelesaikan konflik dan mengklarifikasi kebingungan.
Barlett dan Ghoshal menyimpulkan bahwa kebanyakan MNE yang sukses kurang fokus pada mencari struktur yang ideal, dan lebih mengembangan kemampuan, perilaku dan kinerja individual manajer. Hal ini membantu dalam menciptakan 'matriks dalam benak manajer', di mana kemampuan individu yang digunakan, sehingga seluruh perusahaan termotivasi untuk merespon sama dalam lingkungan yang rumit dan dinamis.
Sebagai catatan Ronen:
o   Pada umumnya matriks membutuhkan manajer yang memahami bisnis yang dijalankan, memiliki kemampuan interpersonal yang baik, dan yang mampu menangani ambiguitas tanggung jawab dan wewenang yang melekat pada sistem matriks.
o   Pelatihan keterampilan seperti merencanakan prosedur, dengan jenis keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk matriks, jenis analisis dan presentasi tentang ide-ide juga sangat penting untuk perencanaan dalam suatu kelompok yang berguna untuk mendukung pendekatan matriks. Selain itu, R&D manajemen SDM diperlukan di lingkungan yang bergejolak seperti di struktur matriks.

MIXING STRUCTURE
Dalam upaya untuk mengelola pertumbuhan operasional yang beragam, dan dikarenakan usaha untuk menerapkan struktur matriks kebanyakan gagal, beberapa perusahaan menemukan dan  menggunakan struktur yang disebut “bentuk campuran”. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Dowling, lebih dari 35% dari responden menunjukkan bahwa mereka memiliki bentuk campuran, dan sekitar 18% memiliki struktur produk atau matriks. Gakbraith dan Kazanjian juga mengidentifikasi struktur campuran yang tampaknya telah muncul sebagai respons terhadap resiko dan tekanan global.
Meskipun semua bentuk struktural yang dihasilkan dari perkembangan bisnis internasional bersifat kompleks dan sulit dikelola secara efektif, kemudian struktur campuran muncul bahkan lebih kompleks dan lebih sulit untuk dijelaskan dan dilaksanakan dengan baik.

BEYOND THE MATRIX
Studi awal hubungan kantor pusat-cabang cenderung menekankan sumber daya, orang dan arus informasi dari kantor pusat untuk cabang perusahaan, memeriksa hubungan dalam konteks kontrol dan koordinasi. Hasilnya bisa menjadi jaringan yang kompleks, hubungan yang saling terkait. kegiatan dan literatur manajemen multinasional mengidentifikasi tiga deskripsi struktur organisasi:
·                     heterarchy
·                     perusahaan transnasional dan
·                     jaringan multinasional.

The Heterarchy.
Bentuk struktural diusulkan oleh Hedlund, seorang peneliti manajemen dari Swedia, mengakui bahwa multinasional mungkin memiliki beberapa jenis pusat selain dari yang secara tradisional disebut sebagai 'markas'. Hedlund berpendapat bahwa keunggulan kompetitif tidak selalu berada di satu negara (misal negara induk). Sebagai contoh, beberapa perusahaan multinasional dapat memusatkan penelitian dan pengembangan di anak perusahaan tertentu. Dalam heterarchical MNE, kontrol kurang bergantung pada mekanisme mode hirarkis bagian atas-ke-bawah sebelumnya dan lebih pada mekanisme normatif, seperti budaya perusahaan dan kesadaran bersama tentang tujuan utama dan strategi.
Dari perspektif HRM, heterarchy adalah bahwa keberhasilannya pada kemampuan multinasional untuk merumuskan, melaksanakan dan memperkuat unsur-unsur sumber daya manusia yang dibutuhkan. Heterarchy menuntut tenaga terampil dan berpengalaman serta hadiah dan sistem hukuman dalam rangka mengembangkan mekanisme kontrol normatif yang diperlukan untuk kinerja yang efektif. Penggunaan staf sebagai mekanisme kontrol informal penting.

The transnasional.
Transnasional diciptakan untuk menggambarkan suatu bentuk organisasi yang ditandai oleh saling ketergantungan sumber daya dan tanggung jawab seluruh unit bisnis terlepas dari batas-batas nasional. Transnasional menuntut proses koordinasi dan kerjasama yang melibatkan perangkat yang kuat mengintegrasikan lintas-unit, identitas perusahaan yang kuat, dan manajemen yang berkembang dengan baik di seluruh dunia. Pengembangan manajer transnasional atau pemimpin global yang dapat berpikir dan bertindak melintasi batas-batas nasional dan anak muncul sebagai tugas penting bagi manajemen puncak. Transfer Staf memainkan peran penting dalam integrasi dan koordinasi.

Sebagai jaringan Multinasional.
Beberapa peneliti menganjurkan melihat perusahaan-perusahaan internasional besar dan sudah dewasa sebagai sebuah jaringan, dalam situasi di mana:
Anak perusahaan telah berkembang menjadi pusat-pusat yang signifikan untuk investasi, kegiatan dan pengaruh
MNEs tersebut longgar, homogen, hirarki dikendalikan systems, bertentangan dengan struktur tradisional di mana hubungan dijelaskan secara formal melalui struktur organisasi dan prosedur standar, dan informal melalui kontak interpersonal dan sosialisasi.















Gbr 2-8. The networked organization
Gambar 2-8 menggambarkan hubungan seperti berselang-persimpangan rumit. Salah satu anak perusahaan dapat bertindak sebagai unit nodal terkait sekelompok organisasi satelit. Dengan demikian, satu pusat dapat memikul tanggung jawab untuk unit lain di negara atau wilayah. Terlepas dari jaringan intra-organisasi (terdiri dari kantor pusat dan anak perusahaan banyak), anak perusahaan masing-masing juga memiliki berbagai hubungan eksternal (melibatkan pemasok lokal, pelanggan, pesaing, pemerintah setempat dan mitra aliansi). Manajemen dari kedua intra-organisasi dan antar-organisasi, dan jaringan terpadu total, sangat penting untuk kinerja perusahaan global. Ini melibatkan apa yang telah disebut struktur kurang hirarkis, menampilkan 5 dimensi:
*      Delegasi pengambilan keputusan kewenangan untuk unit yang sesuai dan tingkat.
*      Geografis penyebaran fungsi utama di seluruh unit di berbagai negara.
*      Delayering tingkat organisasi.
*      Debirokratisasi prosedur formal.
*      Diferensiasi kerja, tanggung jawab dan wewenang di seluruh jaringan anak perusahaan.

Di luar jaringan. Doz, Santos dan Williamson telah menciptakan istilah 'metanational' untuk menggambarkan perusahaan terdiri dari 3 tipe unit. Pertama: 'Unit penginderaan', bertanggung jawab untuk mengungkap teknik dan pasar. Kedua: unit 'magnet’, digambarkan sebagai penarik proses-proses inovatif tak terduga, membuat rencana bisnis untuk mengubah inovasi menjadi layanan atau produk.  Ketiga: unit yang bertanggung jawab untuk adaptasi pemasaran dan memproduksi produk-produk dan jasa untuk berbagai pelanggan di seluruh dunia.
Sistem metanational digambarkan sebagai kompetisi global yang dimainkan di tiga tingkatan. Ini adalah perlombaan untuk mengidentifikasi dan mengakses teknologi baru dan tren pasar menjelang kompetisi, sebuah kompetisi untuk mengubah pengetahuan menjadi produk dan layanan yang inovatif, dan mengeksploitasi inovasi dari pasar di seluruh dunia.

TEMPAT DARI FUNGSI SDM DALAM BENTUK STRUKTURAL
Fungsi SDM berkembang sebagai respons terhadap perubahan struktural sebagai konsekuensi dari pertumbuhan internasional. Scullion dan Starkey, mengemukakan 3 kelompok berbeda yang mereka gambarkan sebagai berikut:
*      Sentralisasi HR perusahaan, ditandai oleh departemen HR yang besar, kaya sumber daya, bertanggung jawab untuk berbagai fungsi. Peran kunci untuk SDM perusahaan adalah untuk membangun dan mempertahankan kontrol atas seluruh posisi manajemen tingkat atas, seperti manajer divisi dan anak perusahaan, sehingga staf strategis berada di bawah kontrol pusat.
*      Desentralisasi HR perusahaan, ditandai dengan pelimpahan tanggung jawab HR kepada sekelompok kecil yang terbatas peran mereka kepada manajemen senior di perusahaan HQ. Hal ini sejalan dengan pendekatan fungsi desentralisasi lainnya.
Transisi perusahaan, ditandai dengan menengah departemen SDM perusahaan dikelola oleh sebuah kelompok yang relatif kecil di perusahaan HQ.

NEGARA YANG BERBEDA MENGAMBIL CARA YANG BERBEDA













Gbr 2.9 The role of MNE culture of origin

Seperti dapat dilihat dari Gambar 2-9, perusahaan Eropa cenderung mengambil jalan struktural yang berbeda daripada rekan-rekan mereka di AS. Perusahaan AS yang telah bereksperimen dengan bentuk matriks tampaknya telah bertemu dengan keberhasilan yang terbatas. Misalnya, sebagai bagian dari proses reorganisasi disebut 'Ford 2000', Ford Motor Company meninggalkan struktur regional pada tahun 1993 dan mengadopsi bentuk organisasi matriks global yang ditandai dengan pendekatan multidisiplin tim produk dengan jaringan di seluruh area.
Perusahaan multinasional Jepang berkembang sama dengan rekan-rekan mereka di AS tetapi menurut Ronen, tingkat perubahan lebih lambat. Karakteristik budaya organisasi Jepang (seperti mekanisme kontrol dan pelaporan dan sistem pengambilan keputusan), peran perusahaan perdagangan dan sistem manajemen muncul untuk berkontribusi pada evolusi lebih lambat dari divisi internasional. Dalam beberapa kasus, meskipun tingkat internasionalisasi tinggi, perusahaan-perusahaan Jepang tidak dapat beradaptasi karena struktur mereka menjadi lebih tersebar.
Perusahaan internasionalisasi dari negara-negara Asia lainnya juga mungkin berbeda dalam bentuk struktural dan pola pertumbuhan. Konglomerat Korea (chaebol) memiliki preferensi kuat untuk pertumbuhan-melalui-akuisisi daripada 'greenfield' (bangunan) pendekatan yang diambil oleh perusahaan multinasional Jepang, dan hal ini telah mempengaruhi respon struktural mereka dalam hal pengendalian dan koordinasi. Yang disebut Cina bambu network/ keluarga perusahaan menghadapi tantangan yang signifikan ketika kegiatan internasional mereka meluas dan menjadi lebih sulit untuk mempertahankan kontrol ketat yang menjadi ciri khas keluarga di luar negeri Cina.
Tiga blok regional disajikan untuk perusahaan multinasional: Amerika Utara, Eropa (terutama Jerman-perusahaan multinasional) dan Asia (terutama Jepang-perusahaan multinasional).

FASHION OR FIT?
Pertumbuhan dalam kegiatan bisnis internasional perusahaan memang membutuhkan respon struktural, tetapi proses evolusi akan berbeda di berbagai perusahaan multinasional. Terlepas dari negara asal aspek, variabel lain - ukuran organisasi, pola internasionalisasi, kebijakan manajemen, dan sebagainya - juga memainkan peranan. Seperti Gambar 2-9 menggambarkan, perusahaan mengalami tahapan restrukturisasi karena mereka berusaha untuk bergulat dengan perubahan lingkungan daripada membutuhkan respon strategis.

MEKANISME KONTROL
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-1 pada awal bab ini operasi internasional menekankan tambahan pada mekanisme kontrol. Ada juga tekanan tambahan pada kemampuan perusahaan untuk mengkoordinasikan sumber daya dan kegiatan. Terdapat 2 strategi dalam strategi control untuk perusahaan multinasional. Perlu dicatat bahwa kedua strategi ini tidak berdiri sendiri maupun memisah dari yang lainnya. Melainkan terdapat perbedaan dalam penekanan kedua strategi ini.
Strategi yang pertama adalah strategi yang berfokus pada struktural. Secara tradisional perusahaan multinasional telah ditekankan agar lebih formal, sesuai bentuk struktur kontrol. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi ini diimplementasikan melalui faktorisasi arus kerja, artikulasi control oleh beberapa kombinasi dari spesialisasi ditandai dengan fungsional, divisi produk global, nasional, regional (wilayah) divisi, atau struktur matriks. Struktur menghasilkan hierarki, otoritas fungsional dan deskripsi pekerjaan yang semakin ditentukan, criteria seleksi, standar pelatihan dan faktor yang dapat memberikan ganti rugi. Kegiatan sumber daya manusia bertindak untuk menerapkan control system struktural. Komunikasi dan hubungan yang formal, ditentukan target dan anggaran, dan 'rasional', eksplisit, criteria kuantitatif mendominasi system manajemen kinerja. Saling melengkapi, control sekunder pasti dikembangkan dan dipelihara melalui jaringan pribadi dan sosial yang lebih informal –untuk organisasi informal.
Strategi kedua adalah strategi yang berfokus pada cultural atau budaya. Interaksi budaya yang unik dan kontekstual dan jarak fisik yang ditandai operasi multinasional mungkin telah melampaui kemampuan semata-mata structural dan bentuk kontrol formal.
Sebuah focus budaya yang lebih menekankan potensi tingkat kelompok budaya perusahaan, proses sosial informal, jaringan kerja pribadi dan investasi dalam modal social untuk bertindak sebagai sumber kontrol yang lebih lengkap dan gesit dalam lingkungan multi-produk yang kompleks, multikultural. Pada tingkat individu, penekanan pada orang-orang (sebagai lawan dari pekerjaan), kompetensi dan keterampilan, dan investasi dalam modal manusia menjadi fokus yang lebih praktik sumber daya manusia dan proses disesuaikan. Kontrol formal, structural masih ada, tetapi mereka bukan sumber control yang utama.

Strategi control untuk perusahaan multinasional






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar